tamu_uin_riau_cinderamataSejumlah dosen dan mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (FST UIN SSK) Riau melakukan kunjungan ke Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII).  Kehadiran mereka pada hari Senin (25/11/2013) diterima langsung oleh Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII), Ir. Gumbolo Hadi Susanto, M.Sc dan Ketua Program Studi (Prodi)Teknik Informatika FTI UII, Yudi Prayudi, S.Si., M.Kom di Auditorium FTI UII Gedung KH. Mas Mansur Jl. Kaliurang KM 14,5 Sleman Yogyakarta.

 

Dalam kunjungan tersebut hadir bersama Wakil Dekan 3 FST UIN SSK Riau adalah Ketua Jurusan Teknik Informatika FST UIN SSK Riau dan 10 orang dosen beserta 16 mahasiswa.  Dalam melakukan penyambutan, Dekan FTI UII dan Kaprodi Teknik Informatika FTI UII didampingi beberapa dosen seperti Affan Mahtarami, S.Kom., MT., Nur Wijayaning R., S.Kom., M.Cs., Sheila Nurul Huda, S.Kom., M.Cs. dan Resi Utami Putri, S.Kom., M.Cs. Hadir pula bersama mereka beberapa mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika (HMTF) FTI UII.

 

Sebagaimana disampaikan Wakil Dekan III FST UIN SSK Riau, kehadirannya di FTI UII, selain untuk belajar banyak dengan dengan FTI UII khususnya Prodi Teknik Informatika juga sharing informasi, mengamati bagaimana pemanfaatan laboratorium untuk memberdayakan kegiatan mahasiswa dan juga untuk menjalin kerjasama antar mahasiswa.

 

Usainya melakukan diskusi dan ramah tamah rombongan diantarkan keliling kampus untuk melihat dari dekat berbagai fasilitas yang ada utamanya laboratorium yang dimiliki Prodi Teknik Informatika FTI UII.

fti_uii-teknik_elektro-etika-pin_emas_copyKalimat Syukur ‘Alhamdulillah’ tidak henti-hentinya diucapkan oleh lisan seorang Etika Nur’aini. Dia berhasil memperoleh predikat cumlaude, dengan IPK tertinggi 3,96. Lulusan dari program studi (Prodi) Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII), berhasil memperoleh pin emas dari universitas setelah menyisihkan 836 lulusan pada periode wisuda ke I tahun akademik 2013/2014 hari Sabtu (23/11/2013). Sumber yang dapat dipercaya, menyampaikan bahwa dalam sejarah perkembangan FTI UII dia adalah lulusan yang memperoleh pin emas kedua setelah beberapa tahun lalu ada yang mendapatkan juga dari Prodi Teknik Informatika.

 

“Alhamdulillah saya tidak menyangka dapat memperoleh penghargaan, ini semua karena rahmat dan kebesaran dari Allah SWT. Sebenarnya masih banyak yang lebih baik lagi dari pada saya dan semuanya masih mempunyai peluang untuk itu”. “Bagi saya, yang lebih penting di Universitas Islam Indonesia saya memperoleh ilmu, pengalaman, sahabat, dan lain-lain. Hal yang menarik lainnya saya juga dapat mengikuti berbagai organisasi dan kepanitiaan baik yang ada di Universitas maupun Fakultas sehingga saya dapat bersosialisasi dengan orang lain, menambah pengalaman, dan ilmu baru”, demikian Tika menyampaikan apa kesannya mendapat penghargaan ini.

 

Lebih lanjut Tika menambahkan “Di Prodi Teknik Elektro, saya mendapatkan ilmu dari dosen-dosen pengampu terbaik dan bahkan sangat baik.  Selain itu saya mendapatkan keluarga baru karena disini satu sama lainnya sangat peduli”. “Pelatihan yang menunjang, fasilitas yang ada juga lengkap jadi setelah saya memperoleh secara teori saya dan kawan-kawan dapat mempraktekannya di laboratorium yang ada. Sehingga saya sangat bahagia, bersyukur karena menjadi bagian dari Universitas Islam Indonesia”.

 

Kepada kawan-kawan sesama mahasiswa Tika berpesan, “Sungguh saya masih perlu banyak belajar lagi”. “Saya kira semuanya memiliki peluang yang sama, hanya perlu berusaha semaksimal mungkin dan berdoa kemudian meminta restu dari orangtua, keluarga itu juga hal yang sangat penting bagi kita”. Selanjutnya dia berharap, “Semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih baik, sukses, dan berguna bagi nusa bangsa, keluarga dan agama kita”, demikian Etika Nur’aini menutup dengan penuh harapan.

Berikut disampaikan informasi penting bagi mahasiswa program studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.

 

fti_uii-konversi_teknik_elektro

Kadiv Adm. Akademik,

Eko S.

lia_mustafaBermimpi pada suatu waktu

Ketika suatu hari berujung pada kesetiaan cintanya

Menorehkan gores demi gores malam di dalam canting

Mengulir, melatar, hingga berayun dalam polesan warna

Dan itu tidak tahu akan sampai kapan.

 

Puisi indah ini mengalun syahdu di dalam ruangan Auditorium Fakuktas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII). Puisi ini dikarang dan dilantunkan langsung oleh desainer kenamaan Yogyakarta menjadi Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), Lia Mustafa mengakiri paparan dalam sebuah dialog tentang batik prospek dan probematikanya di masa kini. Dialog ini diprakarsai oleh Pusat Studi Disain Busana dan Batik dan dapat diselenggarakan dengan baik atas kerjasama jurusan Teknik Kimia FTI UII dan berbagai pihak yang mendukung pada Sabtu (23/11/2013).

 

Menurut Lia dengan banyaknya even terkait dengan fashion di berbagai tempat, ini merupakan hal yang sangat positif bagi bagi para perancang untuk menampilkan berbagai kreasi kreatifnya dengan bahan utama batik di berbagai ajang fashion. Kalau para pembicara sebelumnya yang menyampaikan banyak hal tentang tata aturan dalam berbatik, tidak demikian menurut Lia.  Menurutnya, bisa dibilang batik dalam sebuah peradaban masa kini, menuju kepada sesuatu yang lebih modern dan kontemporer.  Yang sangat penting untuk tetap dijaga bagaimana batik yang dibilang modern itu tidak meninggalkan sejarah dan keindahan batik klasik. “Nah yang menjadi tugas kita bersama adalah bagaimana membuat batik yang modern dan kontemporer tanpa meninggalkan sejarah dan keindahan batik klasik itu sendiri dengan pengolahan ragam fashion menuju sebuah peradaban trend fashion yang lebih berkarakter, nyaman dan fashionable”, ungkapnya.

 

Berita Terkait:

Rumusan Dialog Nasional Batik 2013

Waspada Batik Tulis Palsu Banyak Beredar

Lomba Membatik dan Dialog Nasional Prospek & Probematika Batik

Batik Terancam oleh Sikap Pragmatis Pengusaha

agus_taufiq(1) Rangkaian kegiatan kegiatan Dialog Nasional Batik 2013, yang mengangkat tema ‘Batik Prospek, Nasib dan Probematikanya’ yang diprakarsai oleh Pusat Studi Disain Fashion dan Batik yang dapat diselenggarakan dengan baik atas kerjasama jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) pada Sabtu (23/11/2013).  Dialog ini menutup rangkaian acara yang diselenggarakan sejak sehari sebelumnya yaitu Lomba Batik tingkat SLTA dan SLTP se DIY dan Peragaan Busana Muslim Batik oleh desainer kenamaan di Yogyakarta.

 

Dari dialog yang hampir sehari penuh itu akhirnya Kepala Pusat Studi Desain Fashion dan Batik Prodi Teknik Kimia FTI UII, Ir. Agus Taufiq, M.Sc membacakan Rumusan Dialog Nasional Batik 2013.  Usai dibacakan, rumusan tersebut diserah terimakan kepada pihak dan dinas terkait atau para pemangku kepentingan batik di wilayah DIY. Berikut ini Rumusan Dialog Nasional Batik 2013.

 

1 Definisi “batik” perlu dipertegas dan dimasyarakatkan (misalnya melalui standardisasi definisi).
2 Kesesuaian penggunaan motif-motif perlu dimasyarakatkan.
3 Mengingat batik bukan sekedar komoditas dagang, tetapi juga produuk budaya, maka filosofi batik perlu dipelihara.
4 Perlu penelitian yang komprehensif tentang batik Indonesia dan pemasyarakatan hasil-hasilnya mudah diakses oleh publik.
5 Penelitian meliputi: (a) Ragam corak, (b) Ragam asal daerah, (c) Proses/teknologi produksi, (d) Bahan baku, (e) Ekonomi politik batik.
6 Pelestarian batik dan peningkatan kemampuan membatik seyogyanya dilakukan juga melalui sekolah (SMK, Perguruan Tinggi) dan dengan proses pemagangan.
7 Pemerintah harus lebih “Peduli Batik” antara lain merespon permasalahan: (a) Dalam hal bahan  baku, (b) Pendidikan dan Penelitian, (c) Fungsi pengawasan terhadap produk batik yang beredar di pasar.
8 Perlu forum yang rutin dan intensif dari semua pemangku kepentingan untuk secara terus menerus membongkar dan memecahkan masalah batik.
9 Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia diminta memotivasi dan memfasilitasi forum pemangku kepentingan batik.

 

Yogyakarta, 23 November 2013

Forum Dialog Nasional Batik 2013

 

Berita Terkait:

Liya Mustafa: Jangan Tinggalkan Keindahan Batik Klasik

Waspada Batik Tulis Palsu Banyak Beredar

Lomba Membatik dan Dialog Nasional Prospek & Probematika Batik

Batik Terancam oleh Sikap Pragmatis Pengusaha

Bagi kawan-kawan mahasiswa Fakultas Teknologi Industi Universitas Islam Indonesia (FTI UII), urusan nilai UTS kami yakin itu bukan hal yang asing lagi.  Namun demikian kalau masih ada yang bingung, berikut langkah yang harus dilakukan untuk melihatnya:

 

cara_melihat_nilai_uts

Kadiv. Adm. Akademik FTI UII,

Eko S.

Munculnya isu penyadapan oleh Australia terhadap komunikasi beberapa pejabat di Indonesia tak hanya menghebohkan masyarakat, tetapi memicu munculnya semangat nasionalisme dari beberapa elemen masyarakat dengan bertindak reaktif. Hal setidaknya dapat terlihat dengan munculnya aksi beberapa peretas (hacker) Indonesia yang mengaku telah meretas beberapa web di Australia. Penyerangan ini pun pada akhirnya bebuntut aksi saling balas, sehingga beberapa halaman web dan server penting Indonesia seperti Garuda Indonesia dan Angkasa Pura berhasil disusupi oleh kelompok anonymous Australia.

 

Ketua Pusat Studi Forensik Digital, Fakultas Teknologi Informatika UII (FTI UII), Hamid, M.Eng menyoroti hal ini sebagai bentuk telah terjadinya perang yang memanfatkan media informasi teknologi (cyber attack). Ia pun menilai dengan banyaknya website instansi pemerintah di Indonesia yang berhasil dijebol oleh hacker menandakan masih banyak titik kelemahan dalam web tersebut. Sehingga pada dasarnya bukan keahlian seorang hacker yang dapat menjebolnya melainkan karena lemahnya sistem pengamanan. “Web pemerintah yang diretas itu bukan karena ahlinya peretas tetapi karena lemahnya pengamanan.” Katanya dalam jumpa pers di Ruang Sidang FTI, UII, Senin, 25/03.

 

Meskipun cyber attack telah berlangsung, ia belum yakin sepenuhnya bahwa pelakunya benar dari hacker Australia mengingat sejauh ini belum ada bukti dari mana sumber penyerangnya. Terlebih apabila dilihat website yang diserang anonymous Indonesia bukanlah situs-situs yang berhubungan langsung dengan instansi pemerintah Australia sebagai pihak yang ditengarai telah menyadap pejabat Indonesia. “Walaupun hacker Australia dan Indonesia telah mengakui, tapi masih perlu dibuktikan siapa peretas situs instansi pemerintah Indonesia.” Tambahnya.

 

Walaupun demikian, Indonesia wajib melakukan langkah-langkah antisipatif. Pemerintah melalui Kementerian Informasi dan Informatika serta Kementerian Pertahanan yang telah mengumpulkan tentara cyber melalui berbagai ajang kompetisi dan sejenisnya dinilai sebagai langkah baik yang patut diapresiasi. “Kompetisi cyber yang sering dilakukan pemerintah sesungguhnya juga merupakan upaya melakukan perlindungan berbagai kelemahan web di Indonesia.” Jelasnya.

 

Sementara, berkenaan dengan sarana komunikasi pejabat Indonesia yang disadap. Hamid menambahkan bahwa kejadian ini menurutnya bukanlah hal yang baru, mengingat pada tahun 1950-an Australia juga mengakui telah melakukan penyadapan terhadap Indonesia. Di samping itu, terjadinya penyadapan kali ini menurutnya merupakan indikasi bahwa hampir semua perangkat telekomunikasi sudah tidak lagi aman dari penyadapan. “Kecil kemungkinan telekomunikasi yang anti sadap, RIM (research in motion) milik Blackberry nyatanya juga kena hack dengan bocornya informasi pesan maupun BBM dari beberapa pejabat Indonesia.” Pungkasnya.

 

Diberitakan di uii.ac.id

 

Jerri Irgo

 

Sleman, www.jogjatv.tv – Sumber dan jejak perang siber antara Indonesia dan Australia, ternyata bisa dilacak dengan teknik forensik digital. Namun hal tersebut tidak mudah, karena karakteristik TKP kejahatan dunia maya, tidak sesederhana TKP dalam kejahatan dunia nyata.

 

Kepala Divisi Digital Forensic Indonesia Cyber Law Community (ICLC), Ahmad Zam Zami, Sabtu (23/11) siang, mengungkapkan, seiring dengan meningkatnya resiko serangan siber, diperlukan peningkatan pengetahuan mengenai investigasi serangan siber melalui forensik digital. Kemampuan ini harus didasari oleh pengetahuan tentang ethical hacking, atau ‘peretasan etis’, yang bisa membantu seseorang untuk mengidentifikasi serangan. Perang siber Indonesia versus Australia, yang akhir-akhir ini marak terkait isu penyadapan ponsel Presiden SBY, bisa saja diselidiki dengan teknik forensik digital, namun hal tersebut tidak mudah.

 

Hal senada disampaikan oleh E-Commerce Consultant Country Manager Tin Tin. Menurutnya, pengetahuan mengenai investigasi serangan siber menjadi hal yang mutlak dimiliki oleh para praktisi keamanan jaringan maupun pekerja di bagian teknologi informasi. Namun, penguasaan seputar keamanan jaringan sangat dinamis mengingat perkembangan dunia teknologi informasi yang sangat cepat dewasa ini.

 

Diberitakan di jogjatv

 

Jerri Irgo

YOGYAKARTA, (PRLM).- Batik asli yang dikemas dengan tangan atau batik tulis terancam perilaku tidak sportif di internal para pengusaha. Mereka cenderung pragmatis dengan manipulasi batik tulis. Manipulasi batik tulis dilakukan dengan kombinasi teknik printing/sablon degan teknik batik. Produk demikian tidak bisa dikategorikan sebagai batik tulis.

 

“Problematika tentang pengkombinasian teknik sablon degan teknik batik. Kemudian produk yang mirip batik tetapi secara keseluruhan bukan batik atau full printing. Pedagang sering mengklaim prodk semacam itu tetap sebagai batik asli,” kata pakar batik Balai Besar Krajinan dan Batik Masiswo, Minggu (24/11/2013).

 

Dalam dialog tentang batik dalam perspektif industri dan proses di Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII), batik asli, batik tulis maupun bukan, juga teranca oleh tekstil-tekstil impor yang bercorak menyerupai, terutama impor tekstil dari Cina. Semakin mendominasi pasar, “batik palsu” Cina ini menganggu eksistensi dan masa depan batik Indonesia.

 

Ancaman lainnya kain motif batik direkayasa menjadi “batik” dengan cara kain motif batik tersebut disiram ‘esense malam’. Jalan pintas ini sebagai manipulasi yang lebih parah dalam industri batik nasional.

 

“Kain motif batik yang disiram ‘esense malam’ menjadikan ‘batik palsu’ yang seolah-olah batik asli tidak diketahui oleh orang awam. Seorang pejabat pergi ke luar negeri denga menenteng souvenir ‘batik palsu’ itu, dibeli di sini dengan harga mahal, tetapi mereka tidak tahu yang dibeli dan dijadikan buah tangan di luar negeri sebenarnya batik palsu. Ini problem yang justru mengancam eksistensi batik,” kata dosen FTI UII Agus Taufik.

 

Menurut dia masalah sikap pragmatis yang menyulap batik bukan asli menjadi seolah-olah batik asli bisa mempengaruhi status batik sebagai warisan budaya “tak benda” yang ditetapkan oleh Unesco pada 2 Oktober 2003. Apabila tim pemantau Unesco menilai para pelaku industri dan pengrajin batik tidak bisa memelihara warisan budaya tersebut, itu bisa menjadi masalah pada status batik sebagai warisan budaya.

 

Kepala Pusat Studi Desain Busana dan Batik Ir. Gumbolo Hadi Susanto, MSc menyatakan tujuan Unesco mengukuhkan batik sebagai warisan budaya untuk memotivasi semua masyarakat, meningkatkan kesadaran nilai batik di tingkat lokal dan nasional serta antarbangsa. Agar status warisan budaya tetap aman, batik harus terus direvitalisasi.

 

“Merevitalisasi batik dengan cara menghidupkan kembali seni batik, tidak hanya mengenal dan memakai batik, juga melalui pendidikan karakter batik,” ujar dia.

 

Dekan FTI UII tersebut menyatakan pendidikan karakter batik untuk menjaga motif-motif batik dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Jika strategi demikian intensif dilaksanakan, maka sikap pragmatis dalam produks batik bisa dicegah. Tugas ini bisa dilaksanakan oleh akademisi seni batik dan peran pengelola museum batik. (A-84/A-147)***

 

Diberitkan di Pikiran Rakyat OnLine

 

Jerri Irgo

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Saat ini banyak bermunculan pengusaha batik yang memalsukan batik tulis. Mereka menggunakan tekstil bermotif batik yang kemudian diberi ‘esense malam’, sehingga menghasilkan kain yang mirip batik tulis.

 

Pernyataan itu diungkakan Agus Taufik, dosen Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII kepada wartawan di sela-sela Dialog Nasional Batik 2013 di Kampus UII Yogyakarta, Sabtu (23/11). Dialog ini di antaranya, menghadirkan Gumbolo Hadi Susanto (Dekan FTI UII), Masiswo (Balai Besar Kerajinan dan Batik), Tulus Warsito (dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), Lia Mustafa (Ketua APPMI Yogyakarta) dan Larasati Suliantoro Sulaiman (Ketua Paguyuban Pencinta Batik Sekar Jagad).

 

Agus berkata, pengusaha yang menggunakan cara tersebut bisa menghasilkan batik yang mirip batik tulis. “Kalau orang awam tentu tidak mengetahui jika batik tersebut adalah batik palsu,” katanya.

 

Cara seperti itu, kata Agus, harus segera dihentikan karena akan merugikan bangsa Indonesia. Bahkan, dikhawatirkan UNESCO akan mencabut batik sebagai warisan dunia yang dihasilkan bangsa Indonesia.

 

Untuk melindungi agar batik tetap menjadi karya seni bangsa Indonesia perlu dilakukan revitalisasi dan pembelajaran bagi masyarakat luas untuk mengenal batik tulis asli. Menurut Gumbolo, revitalisasi batik dilakukan dengan menghidupkan kembali seni batik, tidak hanya sekedar mengenal dan memakai batik, tetapi juga melalui pendidikan karakter.

 

“Banyak hal yang dapat diajarkan dari proses membatik seperti mengajarkan tentang kecermatan, ketelitian, kesabaran, dan ketekunan. Bahkan tidak hanya melihat batik sebagai sebuah mahakarya tetapi juga memaknai filosofinya yang terkandung di dalamnya,” kata Gumbolo.

 

Museum batik, lanjut Gumbolo, memiliki peran penting dalam menyampaikan perjalanan sejarah batik di Indonesia termasuk perkembangan motif dan filosofinya. Karena itu, Gumbolo memandang penting ada kerjasama antara pengelola museum dan lembaga pendidikan.

 

diberitakan di Republika OnLine

 

Jerri Irgo