Prodi Teknik Kimia telah melakukan kunjungan kerja ke Thailand dari 21-22 Maret 2016 yang lalu. Rombongan yang dipimpin oleh Ir. Drs. Faisal RM, MSIE., Ph.D. (Kaprodi) yang disertai oleh Ir. Pratikno Hidayat, M.Sc. (Sekprodi) dan Sholeh Ma’mun, Ph.D. (staf akademik) telah melakukan kunjungan ke Chulalangkorn University (CU) di Bangkok dan Rajamangala Universitiy of Technology Thanyaburi (RMUTT) di Thanyaburi, Thailand. Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk memperluas kerjasama internasional yang sudah terjalin antara Prodi Teknik Kimia dengan beberapa unversitas di luar negeri, misalnya Saxion University of Applied Sciences (Belanda), The Hague University (Belanda), Universiti Teknologi Petronas (Malaysia) dan lain-lain.

 

Keterangan: Diskusi di ChE Dept. CU. Foto dari kiri ke kanan: Prof. Paisan Kittisupakorn (Dept. Chairman), Assoc. Prof. Soorathep Kheawhom, Dr. Sholeh Ma’mun, Dr. Faisal RM dan Pratikno Hidayat MSc.

 

Prodi Teknik Kimia FTI-UII telah bekerja sama dengan The Petroleum and Petrochemical College (PCC), sebuah graduate school di CU, dengan bentuk kerja sama yang sudah terealisasi berupa student exchange program yang saat ini sudah memasuki angkatan ketiga. Selain berkunjung ke PCC, rombongan juga melakukan kunjungan ke Chemical Engineering Department (ChE Dept.) di universitas yang sama pada 21 Maret 2016. Tujuan kunjungan ke ChE Dept. CU adalah untuk inisiasi kerja sama antara kedua prodi. Beberapa bentuk kerja sama yang telah direncanakan antara lain staff and student exchange, joint research and publication, pembimbingan bersama untuk mahasiswa master dan PhD dari UII yang melakukan studi lanjut di CU, dan sebagainya. Untuk realisasi kerjasama ini, FTI UII dan Engineering Faculty CU telah sepakat untuk menindaklanjuti dalam bentuk MoU.

 

Keterangan: Rombongan Prodi Teknik Kimia berpose bersama PCC vice Dean dan Mahasiswa exchange dari Prodi Teknik Kimia di PCC CU.

 

Sehari sesudahnya, rombongan bertolak ke Thanyaburi untuk melakukan kunjungan ke Engineering Faculty RMUTT. Kerjasama yang telah terjalin antara Prodi Teknik Kimia dan Textile Engineering Department RMUTT berupa student exchange and visit programs. Selain dengan Textile Engineering Department, kerja sama juga akan diperluas dengan Chemical Engineering Department (ChE Dept.) RMUTT. Saat ini ada dua mahasiswa Prodi Teknik Kimia yang sedang melakukan tugas prarancangan pabrik kimia di ChE Dept. RMUTT.

 

Keterangan: Rombongan Prodi Teknik Kimia berpose bersama Engineering Faculty vice Dean beserta ketua Jurusan dan staff RMUTT.

 

Sumber: Sholeh Ma’mun

Kaliurang (FTI UII). Alumni Program Studi Teknik Industri angkatan 1988, balik ke kampus, mengadakan diskusi terbuka dan berbagi pengalaman bersama adik-adik Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII), pada hari Sabtu, 16 Jumadil Tsani 1437 H / 26 Maret 2016.

 

Dedi Kusnadi, bersama Supriadi dan Apung Akhwan, kembali ke kampus sebagai motor penggerak pada kegiatan “Kiprah Alumni: Open Your Mind to be Entreprenur”, bertempat di Auditorium Gedung KH Mas Mansur. Kampus Terpadu UII Yogyakarta

 

“Kami hadir bukan sebagai utusan perorangan, namun atas nama angkatan 1988. Kami  mengadakan kegiatan, tanpa membebani kampus, semua biaya untuk snack, makan siang, door price dan narasumber, sudah kami siapkan” ujar Dedi Kusnadi.

 

Kegiatan dengan moderator Sigit Muhaini ini, menghadirkan tiga narasumber, yang pertama Supriadi, pengusaha hasil bumi sekaligus dosen di Stikes di Lampung. Selanjutnya Apung Akhwan, pengusaha dibidang peping untuk industri semen, batubara dan lainya. Narasumber ketiga adalah Dedi kusnadi, pengusaha manufactur sheet metal plate untuk racking supermarket dan office furniture.

 

Dedi Kusnadi, menambahkan “Berbagi pengalaman bagaimana menjadi entrepreneur, mulai usaha, menjalankan usaha, hingga mendevelop usaha. Selain itu juga bagaimana membuka pola pikir mahasiswa bahwa membuka lapangan pekerjaan sangat dimungkinkan”.

 

“Selain itu kegiatan ini mempunyai tujuan lain yaitu bersilaturahmi dan melakukan sedikit sumbangan untuk perpustakaan dan semoga dapat menjadi inspirasi buat temen-teman alumni lainnya, dan berharap agar melakukan hal yang sama secara iklas tanpa pamrih” pungkas Dedi Kusnadi.

 

Jerri Irgo

Media Indonesia, Rabu, 2 Maret 2016 lalu, ketika sebagian dari kita mulai beristirahat melepas penat di rumah, tiba-tiba beredar berita melalui media sosial mengabarkan peringatan dini kemungkinan terjadinya tsunami di Mentawai. Semua yang menerima kabar tersebut segera meneruskannya kepada orang lain. Esok harinya (3/3) media memberitakan sempat terjadi kepanikan warga, dan mereka berbondong-bondong menjauh dari pantai. Menariknya, berita peringatan tsunami beredar hanya dalam waktu 3 menit setelah waktu terjadinya gempa 8,3 SR yang bisa menjadi pemicu tsunami. Kalau saja saat itu benar terjadi tsunami, masyarakat masih punya cukup waktu untuk menyelamatkan diri karena jeda antara gempa dan tsunami umumnya 20 menit sampai 2 jam.

 

Bandingkan dengan bencana tsunami Aceh pada 2004 yang banyak menelan korban jiwa. Saat itu, warga tidak mengerti ancaman bahaya yang akan terjadi. Alih-alih menyelamatkan diri, beberapa orang malah mendekat ke pantai karena mereka melihat fenomena yang sangat unik, yaitu air laut yang surut dengan cepat. Terlepas bahwa itu ialah ketetapan Tuhan Yang Mahakuasa, kita bisa berusaha untuk memperkecil dampak negatif dan mengurangi jumlah korban akibat bencana.

 

Dari gambaran dua kejadian tersebut, kita bisa melihat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat bisa dimanfaatkan untuk mendamaikan manusia dengan bencana, baik bencana tsunami maupun bencana alam yang lainnya, seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain. Indonesia termasuk negara yang paling rawan dengan bencana alam. Salah satu faktor penyebabnya karena posisi Indonesia yang berada pada pertemuan lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Filipina. Jumlah gunung berapi mencapai 129 buah dengan 79 di antaranya bertipe A (sangat aktif), sehingga meningkatkan peluang terjadinya bencana alam. Bahkan, data UNISDR (United Nations International Strategy for Disaster Reduction) menyebutkan risiko bencana yang dihadapi Indonesia sangatlah tinggi. Potensi bencana tsunami di Indonesia menempati peringkat pertama dari 265 negara di dunia, dan risiko ancaman tsunami di Indonesia bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jepang. Dalam hitungan UNISDR, ada 5.402.239 orang yang berpotensi terkena dampaknya. Integrasi berbagai teknologi sangat dibutuhkan untuk membantu kita berdamai dengan bencana, dalam arti mengurangi dampak dan korban sebanyak mungkin.

 

Prof Sarwidi dari BNPB mengatakan teknologi pendeteksian dini bisa meningkatkan efektivitas proses mitigasi bencana dengan tujuan dapat mereduksi kerugian material dan nonmaterial. Pada 2007, Kemenristek juga sudah menyatakan salah satu asas penanggulangan bencana di Indonesia ialah ilmu pengetahuan, artinya penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal. Dengan demikian, proses penanggulangan bencana, baik pada tahap prabencana, pada saat terjadi bencana, maupun pada tahap pascabencana dapat dipermudah dan dipercepat. Saat ini di banyak daerah sudah dipasang teknologi deteksi dini, dengan teknologi ini kita bisa sejak awal mengetahui potensi terjadinya bencana, bisa tsunami, banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan lain-lain. Terlepas bahwa teknologi tersebut masih butuh banyak perbaikan dan pengembangan, pertanyaan selanjutnya ialah jika sudah ada peringatan dini, apa yang sebaiknya harus dilakukan? Masalah ini terjadi pada banyak peristiwa bencana, misalnya kejadian di Mentawai itu, setelah mendapat peringatan dini kemungkinan bencana tsunami, masyarakat banyak yang bingung harus bagaimana? Akibatnya, terjadi arus mobilisasi masyarakat yang tidak teratur sehingga justru menimbulkan potensi korban kecelakaan dalam arus penyelamatan diri tersebut.

 

Firdaus, Dosen Teknik Elektro FTI UII  – See more at: Media Indonesia

 

Jerri Irgo

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Layanan transportasi berbasis aplikasi dalam jaringan menguntungkan konsumen karena menambah pilihan layanan, kata dosen Program Magister Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Fathul Wahid.

 

“Penggunaan aplikasi dalam bisnis transportasi tersebut telah memunculkan model ekonomi kolaboratif antara penyedia aplikasi dan para pemilik atau pengemudi sepeda motor atau mobil,” katanya di Yogyakarta, Rabu (23/3).

 

Menurut dia, konsep “ride-sharing” adalah bentuk khusus ekonomi kolaboratif. Aplikasi dalam jaringan telah menjadi perantara baru antara perusahaan transportasi dengan konsumen.

 

“Oleh karena itu, saat ini banyak pelaku bisnis transportasi yang telah mengenalkan penggunaan kanal aplikasi sebagai perantara baru antara perusahaan dengan konsumen,” kata Fathul.

 

Namun demikian, kata dia, hal itu menjadi ancaman para pemain lama dengan pola pikir konvensional. Mereka yang terlalu menikmati zona nyamannya tanpa berinovasi, pasti akan terlibas, cepat atau lambat.

 

Ia mengatakan implementasi teknologi informasi pasti menempati sebuah konteks, bukan di ruang hampa sehingga ada aktor, praktik, dan norma yang mempengaruhi, yang seringkali tidak steril dari kepentingan.

 

Dari kaca mata teknologi informasi, kata dia, transportasi berbasis aplikasi dalam jaringan itu merupakan perkembangan yang tidak terelakkan, sebuah keniscayaan yang tidak bisa dibendung.

 

“Dengan demikian, serta merta melarangnya adalah pilihan ‘konyol’, namun membiarkan perkembangannya tanpa ‘kesepakatan sosial baru’ juga tidak bijaksana. Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang mengatur hal itu,” kata Fathul.

 

Sumber : Republika OnLine

 

Jerri Irgo

VIVA.co.id – Dalam kasus Uber dan Grab yang menggantikan taksi konvensional, munculnya teknologi informasi dalam dunia bisnis memang tak bisa lagi dibendung. Secara tidak langsung, IT dalam bisnis akan menghilangkan perantara (disintermediation) dan memunculka perantara baru (intermediary).

 

Dosen Program Magister Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia, Fathul Wahid PhD, mengatakan bahwa munculnya intermediary sudah dapat dirasakan mulai dari peran teller bank yang digantikan mesin ATM, atau petugas call center digantikan dengan mesin penjawab, surat pos digantikan email, bahkan belajar tidak lagi ‘harus’ dengan guru tetapi dengan konten di Internet.

 

Selain itu, lanjutnya, TI telah memungkinkan terbukanya model ekonomi baru, ekonomi kolaboratif (wikinomics), seperti wikipedia yang merupakan hasil ‘keroyokan’, kolaborasi massal. Istilah wikinomics dimunculkan pertama kali pada 2006 oleh Don Tapscott dan Anthony D. William dalam buku dengan judul sama. Istilah serupa, crowdsourcing, diperkenalkan pada tahun yang sama oleh Jeff Howe pada Majalah Wired.

 

Seperti adanya aksi demo penolakan transportasi berbasis online di Jakarta. Aksi itu digelar oleh pengemudi taksi konvensional yang merasa terancam dengan hadirnya layanan transportasi berbasis TI, seperti  Go-jek dan UberTaxi.

 

Menurut dia, penolakan atas hadirnya model bisnis baru ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain, dengan alasan dan solusi yang beragam. Beberapa negara pemrotes di antaranya Prancis yang menuntut UberTaxi ditutup dan bahkan dikenai denda. Namun, di Inggris, kehadiran UberTaxi dianggap tidak melanggar hukum.

“Di Indonesia masih belum ada keputusan apapun,” ujarnya, Rabu 23 Maret 2016.

 

Dikatakannya, penggunaan aplikasi dalam bisnis transportasi tersebut telah memunculkan model ekonomi kolaboratif antara penyedia aplikasi dan para pemilik atau pengemudi kendaraan.

 

“Konsep ride-sharing adalah bentuk khusus ekonomi kolaboratif. Aplikasi telah menjadi perantara baru,” jelasnya.

 

Munculnya layanan transportasi berbasis aplikasi adalah sebuah inovasi yang menguntungkan konsumen karena menambah pilihan layanan. Hal ini, juga sekaligus menjadi ancaman para pemain lama dengan pola pikir konvensional.

 

“Karenanya, saat ini, banyak pelaku bisnis taksi konvensional yang telah memperkenalkan penggunaan kanal aplikasi sebagai perantara baru antara perusahaan dan konsumen. Mereka yang terlalu menikmati zona nyamannya tanpa berinovasi, pasti akan terlibas, cepat atau lambat,” ujarnya lagi.

 

Namun, mengapa menjadi masalah? Fathul menjabarkan implementasi TI pastilah menempati sebuah konteks, bukan di ruang hampa. Dari kacamata TI, paparnya, hal ini adalah perkembangan yang tidak terelakkan, sebuah keniscayaan yang tidak bisa dibendung

 

“Serta merta melarangnya adalah pilihan konyol namun membiarkan perkembangannya tanpa kesepakatan sosial baru juga tidak bijak,”tuturnya.

 

Sumber : VIVA.news

 

Jerri Irgo

Magelang (FTI UII). Team Promo FTI UII mengadakan kegiatan yang dilakukan di alam terbuka (outdoor) dengan melakukan beberapa simulasi permainan (outbound games) baik secara individu maupun perkelompok dengan tujuan meningkatkan kebersamaan dan kekompakan team (Team Building).

 

Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari, dimulai Sabtu, 9 Jumadil Tsani 1437 H / 19 Maret 2016 bertempat di Auditorium Gedung KH Mas Mansur, berupa orientasi kelas dengan materi pembahasan program kerja dan materi publuc speaking serta presentasi.

 

Adapun pembicara adalah Dian Janari ST, MT, Dosen Program Studi Teknik Industri, Ir. Agus Taufiq, M.Sc, Dosen Program Studi Teknik Kimia dan Nasrullah Setiawan, ST, MT. Dosen Program Studi Teknik Industri.

 

Ketua Team Promo FTI UII, Dian Janari menyampaikan hal tersebut pada hari kedua disela-sela outbond dan rafting, Minggu, 10 Jumadil Tsani 1437 H / 20 Maret 2016 di tepi Sungai Elo, Kawasan Wisata Candi Borobudur, Magelang.

 

“Kegiatan ini, diikuti 50 orang Mahasiswa dan Dosen yang tergabung di Team Promo FTI UII yang baru, mempunyai tujuan memupuk dan meningkatkan kerja sama dan kebersamaan sebagai team. Selain itu harapannya dengan kegiatan ini dapat memacu semangat dan kerja keras untuk pengembangan dan mempromosikan khususnya FTI UII dan secara umum UII” ujarnya.

 

Jerri Irgo

Kaliurang (FTI UII). Untuk meningkatkan sektor ekonomi masyarakat, Drs. Subagya, MM, Camat Ngempak dan Dr. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc., Dekan FTI UII menandatangani Nota Kesepahaman, antara Forum Kelompok Usaha Ngemplak Lestari, Kecamatan Ngemplak dengan Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII), mengenai Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan, Penelitian Dan Program Pengabdian Masyarakat.

 

Penandatangan  Nota Kesepahaman tersebut dilakukan di ruang Sidang Dekanat FTI UII, Gedung KH Mas Mansur, Kamis, 7 Jumadil Tsani 1437 H / 17 Maret 2016, dihadiri Pimpinan FTI UII dan juga unsur Musrayawah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Pemerintah Kecamatan Ngempak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

 

“Membuka akses untuk penggunaan fasilitas dan menyelenggarakan pertemuan dalam rangka penyelenggaraan berbagai program pemberdayaan masyarakat dan membantu dalam berbagi pengetahuan termasuk menyediakan narasumber dalam rangka pengembangan teknologi tepat guna untuk diaplikasikan dalam program pemberdayaan masyarakat dan program penelitian, pelatihan dan program-program pengabdian masyarakat lainnya, merupakan ruang lingkup dari kesepahaman bersama tersebut” ungkap Dr. Imam Djati Widodo.

 

Dikatakan Dr. Imam Djati Widodo, adapun tujuan dari kerjasama ini adalah “bersama-sama bersepakat untuk  menjalankan program-program bersama dengan tujuan pemberdayaan masyarakat melalui penelitian, pelatihan dan program-program pengabdian pada masyarakat”.

 

“Selain itu tujuan kerjasama ini juga dirancang dengan memanfaatkan kemampuan dan potensi kedua pihak dalam pemberdayaan masyarakat sebagai wujud tanggung jawab sosial dalam rangka menciptakan masyarakat yang mandiri dan sejahtera (qoryah toyibah)” ucapnya.

 

Jerri Irgo

Kaliurang (FTI UII). Team Promo Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) akan menawarkan training dan workshop ke SMU-SMU. Adapun usulan topik untuk training atau workshopnya  akan disesuaikan dengan kebutuhan murid dan guru pembimbingnya.

 

Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia, Agung Nugroho Adi, ST., MT, mengatakan “Team Promo FTI UII akan melakukan perubahan pendekatan dari hard promotion ke soft promotion, untuk menjawab kebutuhan murid dan guru di SMA”. hal tersebut disampaikan di ruang kerjanya di Gedung KH Mas Mansur, FTI UII  (16 Maret 2016).

 

Menurut Ajie, panggilan Agung Nugroho Adi, “Pendekatan baru yang kita promosikan bukan (hanya) profil FTI UII, namun juga akan menyesuaikan dengan kebutuhan bersama, baik untuk murid dan guru pembimbingnya”.

 

“Saat ini, kalau menerima kunjungan dari SMA, waktu presentasi profil FTI UII memerlukan  waktu paling sedikit 15-20 menit dan sisanya topik pengembangan diri untuk siswa, misal pengembangan rekam jejak pribadi” ujar Ajie yang juga sebagai Team Promo FTI UII.

 

“Namun ke depan kalau ada permohonan dari sekolah, kita menwarkan aktifitas apa yang dapat dilakukan bersama-sama dengan mereka, begitu juga kalau lakukan kunjungan ke SMA,  kita tidak minta ijin promosi namun kita akan menawarkan program training/workshop yang disesuaikan dengan kebutuhan murid dan gurunya” jelasnya.

 

Jerri Irgo

Kaliurang (FTI UII). Team Promo Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII), mencermati hasil survei nasional Tempo yang di publish Kamis 28 Januari 2016 sangat menarik, yaitu terdapat 12 Fakultas incaran favorit para calon mahasiswa dan 67% atau sejumlah 8 Fakultas terdapat di UII Yogyakarta.

 

Kegiatan yang dilaksanakan di Ruang Program Pascasarjana FTI UII, Selasa 21 Jumadil Awwal 1437 H / 1 Maret 2016, mengupas data yang diungkapkan Tempo, dari keseluruhan jumlah responden 859 siswa SMA kelas XII, terdiri atas 260 siswa dari Jabodetabek, 120 siswa Bandung, 124 siswa Daerah Istimewa Yogyakarta,122 siswa Surabaya, 115 siswa Medan, dan 118 siswa Makassar. Berdasarkan data tersebut, dari 859 responden itu, 61 persen siswa perempuan dan 39 persen laki-laki kemudian yang berusia 18-19 tahun sebanyak 17 persen dan yang berusia 16-17 tahun sebanyak 83 persen.

 

Menariknya terdapat 12  Fakultas favorit berikut perguruan tinggi yang menaunginya secara berjenjang yaitu Teknologi Informasi/Ilmu Komputer (Teknik Informatika-red). Akuntansi, Hukum, Kedokteran Umum, Komunikasi, Desain Komunikasi Visual, Psikologi, Manajemen, Hubungan Internasional, Teknik Sipil, Teknik Industri dan Teknik Mesin.

 

Berdasarkan data, dari 12 tersebut terdapat 8 atau 67% yang menyebutkan UII yaitu Fakultas (Program Studi – red) yaitu Teknologi Informasi/Ilmu Komputer (Teknik Informatika-red), Akuntansi, Hukum, Kedokteran Umum, Komunikasi, Psikologi, Manajemen dan Teknik Mesin.

 

“Kalau Teknologi Informasi/Ilmu Komputer (Teknik Informatika-red) menjadi nomer satu, cukup mengejutkan sebenarnya, karena dulu-dulu biasanya jurusan favorit itu kedokteran dan ekonomi” ujar Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A., Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII memberikan pendapatnya.

 

“Sangat memungkinkan apabila didukung opini Mahasiswa Teknik Informatika, mengapa mereka memilih jurusan itu sebagai pilihan pertama, hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor dominan dan menjadi daya tarik bagi Siswa SMA kelas XII, dalam menentukan jurusan saat kuliah” ungkapnya

 

Tidak dipungkiri, terdapat faktor lain, yaitu saat ini semua era digital, hal tersebut juga membuat Siswa SMA memposisikan  Teknik informatika jadi jurusan peringkat pertama. Era digital menjadi kebutuhan seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan yang membuat generasi muda semakin suka dengan dunia internet, selain itu juga membuat terbukanya peluang kerja.

 

“Hal tersebut menjadi alasan konkret mengapa Teknologi Informasi/Ilmu Komputer sekarang semakin tambah populer dan mereka mau memilih kuliah di  Teknologi Informasi/Ilmu Komputer. Pastinya mereka sudah memikirkan, bagaimana menempuh kuliahnya, bagaimana nanti kerjanya, sampai apakah ada ikatan dinas apa tidak” ujar Ratna Permata Sari mengakhiri diskusi.

 

Jerri Irgo

Kaliurang (PPs FTI UII). Biro SDM Polda Daerah Istimewa Yogyakarta gandeng Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (PPs FTI UII)  dalam melaksanakan seleksi penerimaan Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) yang digelar Polri, pada tahap pemeriksaan Psikologi. Bertempat di Gedung Serbaguna Polda DIY, Jl. Ringroad Utara Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta, Kamis (15 Jumadil Awwal 1437 H / 25 Februari 2016).

 

Dr. R Teduh Dirgahayu, ST, M.Sc, Direktur PPs FTI UII menyatakan “Keterlibatan PPs FTI UII, adalah sebagai bentuk kepercayaan Polri, selain sebagai akademisi yang memiliki kompetensi juga sebagai Profesional Tenaga Infomasi Teknologi (IT) yang ditugaskan sebagai auditor alat IT, berupa komputer dan scanner. Berkaitan dengan hal tersebut, keberadaan Tenaga Profesional IT adalah untuk menjamin transparansi bahwa alat IT yang digunakan dalam koreksi Psikologi” ujarnya.

 

Fietyata Yudha, S.Kom, M.Kom dan Hamid, ST, M.Eng, mendapatkan tugas dari Direktur PPs FTI UII, untuk mendukung kegiatan tersebut. Keduanya adalah Dosen Program Studi Teknik Informatika FTI UII dan juga sebagai Tenaga Profesional Pusat Studi Forensika Digital UII.

 

“Tugas kita disini memastikan perangkat komputer dan mesin untuk penggandaan belum pernah digunakan sebelumnya, setelah soal (materi tes – red) dicetak compact disk (CD), selanjutnya yang sudah digunakan harus dimusnahkan. Tahap selanjutnya kita kembali memeriksa laptop yang telah digunakan tadi, dipastikan semua file soal (materi test) tidak di atau tercopy, tepatnya tidak dapat dibuka lagi” ujar Fietyata Yudha, S.Kom, M.Kom dipenghujung kegiatan.

 

Jerri Irgo