Selama ini daun nanas hanya digunakan sebagai pakan ternak dan beberapa bahan baku kerajinan yang memiliki nilai ekonomi yang rendah. Padahal dari hasil analisis sifat-sifat fisis dan mekanis, serat daun nanas mempunyai kemampuan untuk dimanfaatkan sebagai bahan komposit. Melihat potensi tersebut dan teknologi bahan komposit yang dapat dikembangkan, upaya pengkajian memanfaatkan daun nanas menjadi bahan komposit perlu untuk dilakukan
Diakui Dr Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc, Dosen Magister Teknik Industri Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Industri (MTI PPs FTI UII) “Pengembangan kemasan dengan bahan-bahan komposit yang terbarukan sangatlah menjanjikan. Hal ini karena Indonesia kaya akan berbagai jenis serat alam, seperti kenaf, rami, jute, abaca, agave, dan lain sebagainya. Serat-serat tersebut biasanya hanya digunakan sebagai bahan karung goni, tambang (tali), atau bahan kerajinan tangan sehingga memiliki nilai ekonomi yang rendah”.
“Kemasan sangat penting dalam pemasaran karena kemasan merupakan “pemicu” ketertarikan konsumen akan suatu produk. Kemasan harus dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif sehingga kemudian akan membeli produk. Keindahan dan simbolisme kemasan yang dibentuk oleh warna, bentuk, ilustrasi, dan ukuran dapat berperan sangat ampuh untuk menarik perhatian konsumen” jelas Dr Imam Jum’at (24/01/14).
Konsumen dapat dipengaruhi perhatiaanya dengan memanfaatkan 80% daya tarik visual. Kemasan dapat menjadi bagian dalam komunikasi visual sehingga akan membentuk persepsi konsumen terhadap produk khususnya dalam mendefinisikan “positioning” produk di pikiran konsumen. Kemasan akan menyampaikan pesan mengenai pesona produk baik sebagai memikat eye-cathing maupun untuk memikat pemakaian. Terbentuknya persepsi yang positif terhadap produk akan sangat berpengaruh terhadap pemilihan dan pembelian suatu produk.
Harus diakui serat daun nanas (Anannus comosus). Daun nanas merupakan hasil samping dari industri perkebunan nanas. Produksi nanas meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2007 produksi nanas mencapai 2.237.858 ton meningkat dari tahun 2006 yang hanya sebesar 1.427.781 ton. Kenaikan produksi nanas, tentu saja juga meningkatkan jumlah daun nanas yang dihasilkan. Sehingga kebutuhan bahan baku serat daun nanas akan terjamin sepanjang tahun. Umur panen nanas yang pendek, yaitu antara 12-24 bulan dan kemudahan untuk tumbuh pada berbagai lahan dengan kondisi iklim yang berbeda-beda, menjadikan pasokan bahan baku serat dari daun nanas terjamin sepanjang tahunnya.
“Meski demikian Walaupun demikian, masih diperlukan beberapa tahapan penelitian untuk merealisasikan konsep kemasan berbasis komposit serat alam ini terutama berkaitan dengan proses produksi, keamanan, dan biaya produksinya” sebut Imam.
Diharapkan dengan pengembangan konsep kemasan ini akan meningkatkan upaya pemerintah dalam mengembangkan industri kreatif di bidang kemasan ini sehingga akan mendukung laju pembangunan nasional.
“Sebagai perbandingan, industri pengemas di Inggris menyerap 3 % total tenaga kerja dalam sektor manufaktur dan menghasilkan £ 11 miliar dari hasil penjualan produk kemasan per tahunnya” pungkasnya.
Jerri Irgo