“E-government atau penyediaan layanan pemerintahan dengan memanfaatkan teknologi informasi  dan komunikasi (TIK) kembali mendapatkan momentum di awal pemerintahan baru  Jokowi – Jusuf Kalla.  E-government yang dilakukan dengan baik menjanjikan efisiensi dan transparansi pemerintahan.  Salah satu tantangan e-government di sisi teknis adalah penyediaan layanan TIK yang selaras dengan kebutuhan layanan pemerintahan secara efisien”.

 

Hal tersebut disampaikan Dr R Teduh Dirgahayu, ST, M.Sc. di ruang kerjanya sebagai Direktur Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (PPs FTI UII) didampingi Hendrik, ST, M.Eng Ketua program Studi Teknik Informatika FTI UII di Gedung KH mas Mansur, Kampus Terpadu UII Yogyakarta (17/12/2014).

 

“Keselarasan antara layanan pemerintahan dan TIK merupakan kunci penting dalam penerapan e-government yang berhasil. Tanpa keselarasan ini, belanja TIK pemerintah daerah (pemda) menjadi tidak efektif. Tambahan lagi, institusi pemdayang terdiri dari beberapa satuan kerja perangkat daerah (SKPD) berpotensi memunculkan infrastruktur dan layanan TIK yang terpisah-pisah. Hal ini bisaberujung pada pemanfaatan sumberdaya TIK yang kurang  efisien” tegasnya

 

Dr Teduh kembali menegaskan “Untuk menghindari hal itu, pemda perlu mempunyai arsitektur enterprise yang menyeluruh, mulai dari arsitektur proses bisnis layanan pemerintahanhingga arsitektur sistem informasi dan teknologi untuk menghantarkan layanan tersebut. Tak kalah penting adalah keterkaitan antara arsitektur-arsitektur tersebut untuk memastikan keselarasan antara layanan pemerintahan dan TIK”.

 

“Arsitektur enterprise yang menyeluruh juga bisa dimaknai bahwa arsitektur mencakup semua layanan yang diberikan oleh semua SKPD di lingkungan pemda.  Dengan menggambarkannya dalam satu arsitektur, dapat diidentifikasi kemungkinan integrasi layanan dari SKPD yang berbeda. Selain itu, dapat pula diketahui potensi pemakaian sumberdaya TIK secara bersama” ujarnya

 

Bagi Dr. Teduh Dirgahayu dan Hendrik, ST, M.Eng yang keduanya mewakili Pusat Studi e-Government FTI UII, sepakat memberikan contoh “Arsitektur enterprise yang dikembangkan mencakup arsitektur bisnis, sistem informasi dan teknologi, dengan mempertimbangkan infrastruktur TIK yang selama ini telah dikembangkan di Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau”.

 

Bukan tanpa alasan memberikan contoh tersebut, dengan tidak hanya bersumber dengan data yang ada, namun juga berdasarkan fakta yang ada, apalagi keduanya baru-baru ini keduanya sebagai narasumber ahli dalam penyusunan arsitektur enterprise e-government di Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (08/12/2014)

 

Jerri Irgo

Semakin meluasnya pemanfaatan komputer maupun perangkat bergerak, semakin banyak pula tindak kejahatan yang dapat dilakukan dengan perangkat canggih tersebut. Hal ini terbukti dengan bertambahnya jumlah kasus kejahatan siber (cyber crime) yang dilaporkan ke pihak penegak hukum. Penanganan kasus kejahatan siber di lingkungan kepolisian memiliki panduan dalam bentuk Standar Operational Procedure (SOP) yang mengacu pada Accociation of Chief Police Officers (ACPO).

 

SOP tersebut saat ini digunakan oleh jajaran Kepolisan Negara Republik Indonesia baik di Mabes Polri maupun di sejumlah Polda yang telah mempunyai tim cyber crime, ungkap AKP Suharno, SH, M.Kom yang juga Alumni Magister Teknik Informatika, Konsentrasi Forensika Digital, Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia, pada Rabu (10/12), di Kampus UII Terpadu.

 

Suharno yang kesehariannya berkantor di Polda DIY mengungkapkan, trend kejahatan siber yang semakin meningkat menuntut penanganannya tidak hanya ditangani oleh pihak Kepolisian saja, namun juga oleh instansi penegak hukum lain yang mempunyai kewenangan melakukan investigasi forensika digital, antara lain Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Badan Narkotika nasional (BNN). “Sudah selayaknya instansi-instansi tersebut juga dengan menerapkan framework standar ACPO dalam melaksanakan investigasi kasus kejahatan siber,” paparnya.

 

Dengan adanya investigator dari berbagai instansi yang berbeda menurut Suharno, maka tentu akan terdapat perbedaan cara pandang dan persepsi dalam menginvestigasi kasus kejahatan siber. Hal ini dikarenakan antar instansi menggunakan framework investigasi yang berbeda dalam menangani kasus-kasus tersebut. Proses investigasi yang dilakukan di tiap bagian dalam masing-masing instansi pun memiliki perbedaan tergantung dari jenis kasus yang ditangani.

 

Lebih lanjut disampaikan Suharno, belum diterapkannya framework standar yang dipakai secara nasional di jajaran penegak hukum di Indonesia dalam proses investigasi forensika digital sangat memungkinkan terjadinya perbedaan metodologi pada saat proses investigasi kasus kejahatan siber. Hal ini bisa berakibat kontraproduktif terhadap hasil keluarannya.

 

“Setelah sidang kasus siber misalnya, pengacara pihak tersangka yang merasa kurang puas atas pembuktian pada saat sidang dapat meminta bantuan saksi ahli untuk menginvestigasi ulang kasusnya dalam rangka membela kliennya,” ungkap Suharno.

 

Ditambahkan Suharno, Integrated Digital Forensics Investigation Framework (IDFIF) dinilai dapat menjadi solusi untuk mengakomodasi proses investigasi karena tingkat efisiensi efektifitas, reliabilitasnya bersifat komprehensif dan terintegrasi. Selain itu, framework IDFIF dapat direkomendasikan menjadi framework standar di jajaran penegak hukum di Indonesia untuk menghindari perselisihan di pengadilan karena penerapan metode investigasi forensika digital yang berbeda.

 

Diberitakan Humas UII

 

Jerri Irgo

VIVAnews – Indonesia dinilai belum memiliki kerangka kerja atau framework standar di jajaran penegah hukum dalam proses investigasi forensik digital. Saat ini, kepolisian Indonesia masih menggunakan panduan dalam bentuk prosedur operasi standar (standard operating procedure/SOP),

 

“Mengacu pada ACPO (Association of Chief Police Officers) dari Inggris,” kata Pakar Forensik Digital Polda DIY, AKP Suharno, Rabu, 10 Desember 2014.

 

“Mengacu pada ACPO (Association of Chief Police Officers) dari Inggris,” kata Pakar Forensik Digital Polda DIY, AKP Suharno, Rabu, 10 Desember 2014.

 

Menurutnya, kejahatan dengan memanfaatkan komputer maupun perangkat bergerak semakin meningkat dan semakin canggih. Bahkan tren kejahatan cyber terus meningkat sehingga menuntut penanganan lebih serius oleh jajaran Polri, BNN, KPK dan institusi lainnya.

 

Dengan adanya investigator yang memiliki latar belakang institusi yang berbeda, ujar Suharno, Indonesia memerlukan kerangka kerja yang berlaku secara nasional.

 

“Terdapat perbedaan cara pandang yang berbeda-beda dalam menginvestigasi kasus kejahatan cyber yang disebabkan masing-masing instansi menggunakan framework investigasi yang berbeda,” ujar Suharno.

 

Suharno menjalaskan, ia sudah menguji sebuah kerangka kerja hasil penelitian mahasiswa S2 Magister Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia

 

Rahayu telah mengajukan kerangka kerja yang dinamakan Integrated Digital Forensic Investigation Framework (IDFIF). Ia menyebutkan, hasil penelitian terhadap IDFIF menunjukkan hasil yang lebih bagus dibanding menggunakan ACPO.

 

“Framework IDFIF dapat mengakomodasi proses investigasi karena tingkat efisiensi, efektivitas dan reabilitas yang bersifat komprehensif dan terintegrasi,” ucap dia.

 

Oleh karena itu, ia berharap agar IDFIF bisa menjadi kerangka kerja standar di jajaran penegak hukum Indonesia. Tujuannya, untuk menghindari perselisihan di pengadilan karena penerapan metode investigasi forensik digital yang berbeda. (ms)

 

diberitakan di Yahoo.News

 

Jerri Irgo

“Kunci penulisan feature yang baik terletak pada paragraf yaitu lead – mencoba  menangkap minat pembaca tanpa lead yang baik sama dengan mengail ikan tanpa umpan” ujar Muhammad Nafi.

 

Kepala Redaksi Tempo Kantor Perwakilan biro Yogyakarta-Jawa Tengah menyampaikan hal tersebut saat Workshop Penulisan Artikel Ilmiah yang di selenggrakan Humas Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII)  beberapa waktu lalu (24/11/2014) di Gedung KH Mas Mansur Kampus Terpadu UII Jl Kaliurang Km 14,4 Sleman Yogyakarta.

 

Muhammad Nafi.menambahkan “ada beberapa lead yaitu Lead ringkasan – summary lead; Lead bercerita – narrative lead, Lead deskriptif – descriptive lead; Lead kutipan – quotation lead ; Lead bertanya – question lead ; Lead menuding langsung – direct address lead ; Lead menggoda – teaser lead dan Lead kombinasi – combination lead”

 

“Selanjutnya mentrasformaikan bahasa akademis menjadi bahasa masyarakat dengan metode yang sedikit berbeda namun tanpa menghilangkan esensi ilmiahnya” ujarnya

 

Mudah kan …

 

Jerri Irgo

“Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) dapat juga memantau persebaran sebuah target” demikian disampaikan Hanson Prihantoro Putro, ST, MT, Koordinator Keilmuan Magister Teknik Informatika PPs FTI UII dalam diskusi terbatas di Ruang PPs 1 Gedung KH Mas Mansur Kampus Terpadu UII (02/12/2014)

 

Hal tersebut berarti Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) ini sangat aplikatif  juga untuk dapat dikembangkan pada sektor perikanan dan kelautan di Indonesia sebagamana program 100 hari kerja Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan dari Kabinet Kerja 2014-2019 yaitu diantaranya untuk program jangka pendek, menyelesaikan masalah nelayan pesisir secara menyeluruh, terutama membuka akses permodalan dan wilayah tangkap bagi nelayan pesisir di dalam negeri.

 

Wilayah tangkap bagi nelayan pesisir di dalam negeri ini, menarik MI PPs FTI UII untuk melakukan penelitian terkini yang merujuk dari beberapa penelitian sebelumnya diantaranya mengkombinasikan kemampuan Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan berharap dapat memantau persebaran distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.

 

“Selain itu juga untuk mengetahui ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap jumlah yang berlimpah merupakan pertanyaan yang sangat biasa didengar. Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, disisi biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga nelayan mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar” tutup Hanson

 

Artikel Terkait : Dukungan Akademis dan Poros Maritim Dunia

 

Jerri Irgo

“Indonesia akan menjadi poros maritim dunia, kekuatan yang mengarungi dua samudra, sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa” demikian kutipan Jokowi dalam naskah pidato KTT ASEAN di Nya Pyi Taw, Myanmar beberapa waktu yang lalu.

 

Terkait dengan hal tersebut Magister teknik Informatika Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (MI PPs FTI UII) Yogyakarta mengambil peran mendukung program tersebut melalui penelitian, diskusi maupun kajian ilmiah dalam kerangka akademis.

 

Sebagaimana dalam diskusi terbatas di Ruang PPs 1 Gedung KH Mas Mansur Kampus Terpadu UII (02/12/2014). Disampaikan Beni Suranto, S.T., M.SoftEng, Dosen pengampu konsentrasi Sistem Informasi Enterprise MI PPs FTI UII “Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dunia. Secara fisik, dia punya panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer dengan jumlah pulau mencapai lebih dari 17.500 pulau. Luas daratan 1,9 juta kilometer persegi, sementara luas perairan 3,1 juta kilometer persegi”

 

“Sektor perikanan merupakan potensi dan sebagai sumber pendapatan bagi daerah, Negara dan masyarakat khususnya nelayan. Melihat besarnya potensi yang ada perlu dikelola dengan baik sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat nelayan agar kesejahteraannya meningkat” ujar Beni yang juga menjabat Direktur Direktorat Pembinaan Bakat, Minat, dan Kesejahteraan Mahasiswa UII.

 

Dukungan akademis diantaranya akan mengembangkan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) yang datanya akan dapat digunakan untuk pembaharuan data terkini juga dapat digunakan sebagai pengambil keputusan serta menjadi informasi penelitian secara berkelanjutan.

 

Artikel Terkait – Kembangkan Aplikasi GIS, dukung Sektor Perikanan dan Kelautan Indonesia

 

Jerri irgo

“Beberapa hasil karya inovasi yang akan dipamerkan di antaranya adalah Mobil Listrik. Inovasi ini memiliki kelebihan dibandingan dengan mobil listrik lain yaitu kendali utamanya menggunakan sistem operasi Android yang saat ini banyak digunakan untuk smartphone dan Aplikasi Celengan Limbah (CELI) yang menjuarai OSN Pertamina yang keduanya adalah karya mahasiswa Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII dan berbagai hasil karya inovasi lainnya”.

 

Hal tesebut disampaikan, Sigit Pamungkas, Kepala Divisi Pemasaran dan Admisi Universitas Islam Indonesia (UII) yang juga menjadi Ketua Panitia UII ODIEX 2014 dalam jumpa pers yang digelar di Gedung Prof. Ace Partadiredja, Kampus FE UII, Selasa (2/12).

 

“Semua hasil inovasi yang dipamerkan merupakan karya penelitian yang dimiliki oleh seluruh fakultas dan program studi. Untuk mendukung pameran tersebut juga akan digelar stan expo kewirausahaan mahasiswa, mitra industri dan desa binaan UII” pungkas Sigit.

 

Penyelenggaran UII Open Day & Innovation Expo (ODIEX) akan dilaksanakan pada tanggal 8 hingga 11 Desember 2014 di Gedung Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir  Kampus Terpadu UII Jl Kaliurang Km 14.4 Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

 

Jerri Irgo

“Indonesia akan menjadi poros maritim dunia, kekuatan yang mengarungi dua samudra, sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa” demikian kutipan Jokowi dalam naskah pidato KTT ASEAN di Nya Pyi Taw, Myanmar beberapa waktu yang lalu.

 

Terkait dengan hal tersebut Magister teknik Informatika Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (MI PPs FTI UII) Yogyakarta mengambil peran mendukung program tersebut melalui penelitian, diskusi maupun kajian ilmiah dalam kerangka akademis.

 

Sebagaimana dalam diskusi terbatas di Ruang PPs 1 Gedung KH Mas Mansur Kampus Terpadu UII (02/12/2014).  Disampaikan Beni Suranto, S.T., M.SoftEng, Dosen pengampu konsentrasi Sistem Informasi Enterprise MI PPs FTI UII “Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dunia. Secara fisik, dia punya panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer dengan jumlah pulau mencapai lebih dari 17.500 pulau. Luas daratan 1,9 juta kilometer persegi, sementara luas perairan 3,1 juta kilometer persegi”

 

“Sektor perikanan merupakan potensi dan sebagai sumber pendapatan bagi daerah, Negara dan masyarakat khususnya nelayan. Melihat besarnya potensi yang ada perlu dikelola dengan baik sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat nelayan agar kesejahteraannya meningkat” ujar Beni yang juga menjabat Direktur Direktorat Pembinaan Bakat, Minat, dan Kesejahteraan Mahasiswa UII.

 

Dukungan akademis dari MI PPs FTI UII diantaranya akan mengembangkan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) yang datanya akan dapat digunakan untuk pembaharuan data terkini juga dapat digunakan sebagai pengambil keputusan serta menjadi informasi penelitian secara berkelanjutan.

 

Jerri irgo

Berita Egatama — Rasanya melegakan, mendengar sekian banyak hasil karya anak bangsa yang up to date. Setelah beberapa aplikasi andorid bermuatan lokal, kini ada lagi aplikasi android buatan mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Aplikasi itu, unik. Namanya, Celi. Kependekan dari celengan limbah. Untuk apa aplikasi itu?

 

Bagi para pengguna smartphone dan ponsel canggih berbasis android atau ios, tentu sudah tidak asing dengan aplikasi yang dirilis oleh sebuah Bank. Aplikasi Bank dibuat untuk memudahkan nasabah melakukan transaksi perbankan melalui smartphone. Mulai dari transfer sejumlah uang, pembayaran tagihan dan sebagainya. Nah, dari aplikasi Bank itulah kemudian terbetik gagasan di benak para mahasiswa UII Yogyakarta untuk membuat aplikasi serupa yang dikhususkan untuk mengelola sampah.

 

Seperti diketahui, sekarang ini sudah banyak sekelompok masyarakat yang mahir mengelola sampah dan secara kreatif membuat bank sampah di kampungnya masing-masing. Dengan adanya Bank Sampah, selain sampah tidak dibuang di sembarang tempat, warga juga mendapat penghasilan tambahan dari limbah sampah yang sudah disetorkan ke Bank Sampah. Praktik pengelolaan sampah seperti itu sudah lama dijalankan. Pola kerja bank sampah juga mirip dengan aktivitas perbankan. Dan, setiap bank membuat aplikasi android untuk memudahkan nasabahnya bertransaksi via ponsel. Itulah yang mendasari pemikiran dari tiga mahasiwa UII Yogyakarta. Yaitu, membuat aplikasi android untuk Bank Sampah.

 

Tiga mahasiswa UII Yogyakarta itu, Dantik Puspitasari, Malichah Muctaromah dan Alan Dwi Prasetyo, mencipatkan aplikasi layanan bank sampah yang dioperasikan melalui ponsel pintar. Aplikasi itu diberi nama, ‘CELI’ akronim dari celengan limbah. Aplikasi tersebut akan menghubungkan pengelola Bank Sampah dengan para nasabahnya. Dantik menjelaskan, melalui aplikasi CELI, para nasabah Bank Sampah bisa mengirim pesan agar sampahnya segera diambil oleh Bank Sampah, atau sebaliknya. Melalui aplikasi tersebut, nasabah juga bisa mengetahui jumlah poin dari sampah yang sudah disetorkan atau dari sampah yang sudah dijualnya.

 

““Aplikasi ini sudah diterapkan di sejumlah Bank Sampah di Yogyakarta. Bahkan, aplikasi ini berhasil meraih juara pertama dalam Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2014 kategori proyek sains aplikasi perangkat lunak”, ujar Dantik. (kt)

 

Diberitakan di BeritaHarianEgatawa

 

Jerri Irgo

Jogja (Antara Jogja) Tim Mahasiswa Universitas Islam Indonesia Yogyakarta mengembangkan proyek sains yang menghasilkan perangkat lunak atau aplikasi celengan limbah pada “smartphone”

 

“Aplikasi ini memfasilitasi pengelolaan bank sampah yang sudah berjalan di beberapa saerah di Indonesia” kata koordinator tim mahasiswa UII, Dantik Puspita Sari di Yogyakarta Sabtu

 

Menurut dia, bank sampah merupakan suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah oleh warganya. Setiap warga memiliki tabungan yang berisi poin kontribusi pada proses pengumpulan limbah rumah tangga

 

selengkapnya diberitakan di AntaraNews Yogya

 

Jerri Irgo