penjernih_airFakultas Tekonologi Industri Universitas Islam Indonesia melalui Program Studi Teknik Kimia selenggarakan pelatihan praktis untuk menjernihkan air keruh, menjadi air siap digunakan untuk kebutuhan manusia.

 

Di penghujung tahun 2012 ini, setidaknya ada empat angkatan pelatihan yang sama, dan tiap angkatan diikuti oleh 25 calon transmisgran dari Bantul, Sleman dan Gunungkidul Provinsi DIY.

 

Kebutuhan akan air bersih di daerah transmisgrasi dan beberapa daerah yang terpinggirkan, kadang menemui kendala dan memerlukan perhatian yang lebih serius. Air yang akan digunakan untuk kehidupan sehari-hari harus memenuhi syarat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan.

 

Untuk tujuan tersebut, maka salah satu narasumber yang juga dosen FTI UII, Ir. Agus Taufiq, M.Sc menjelaskan bahwa penjernihan air guna menghilangkan atau mengurangi kadar pencemar yang ada dalam air agar lebih layak untuk penggunaan akhirnya sangatlah penting.
Pelatihan yang secara maraton dilakukan sejak tanggal 26 Nopember 2012, menggunakan dua tempat yang berbeda yaitu Transito Jl. HOS Cokroaminoto dan Balatrans Sleman. Di tempat terpisah, menanggapi pertanyaan terkait pelatihan ini, Dekan FTI UII, Ir. Gumbolo Hadi Susanto, M.Sc menyampaikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak terkait terutama dinas-dinas di pemerintahan yang telah mempercayakan penyelenggaraan pelatihan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat ini kepada FTI UII. Juga kepada para narasumber dan panitia yang kadang sebagian kawan sudah bersama keluarga di rumahnya harus masih di lokasi pelatihan. Sembari berdo’a “Semoga Allah SWT menggantikan dengan kebaikan yang lebih banyak dan bermanfaat”, tutup Dekan.

Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI-UII) menerima kunjungan dari Fakultas Teknik Universitas Riau (FT UR) pada Kamis, 8 Nopember 2012.  Rombongan yang terdiri dari 12 orang itu diterima langsung oleh Wakil Dekan FTI UII, Wahyudi Budi Pramono, ST, M.Eng didampingi beberapa pimpinan Program Studi (Prodi) dan Kepala Divisi bertempat di ruang sidang Dekanat Gedung KH. Mas Mansur FTI UII.

Maksud kedatangan mereka sebagaimana disampaikan Dekan FT UR, Dr. Syaiful Bahri, M.Si. yaitu didorong oleh keiingintahuan mereka terhadap keunggulan UII, khususnya di lingkungan FTI. Langkah apa saja yang sudah dilakukan FTI UII sampai di berbagai media memberitakan FTI UII misalnya di bidang kerjasama, double degree dan lain sebagainya. “Kami kagum ketika melihat surat tanggapan dari FTI UII, disitu berderet logo kerjasama dengan berbagai instansi terkemuka di dunia”. “Lebih jauh kalau diperkenankan kami akan melihat ‘dapur’ FTI UII”, pintanya.

Menanggapi permohonan ini Wakil Dekan FTI UII, Wahyudi Budi Pramono, ST, M.Eng dibantu Kaprodi Teknik Mesin, Agung Nugroho Adi S.T., MT dan sesekali dibantu juga para Kepala Divisi memaparkan apa saja yang diharapkan rombongan dari FT UR. Dari berbagai hal yang sudah dipaparkan oleh Wadek, yang menarik untuk dapat diperbincangkan lebih jauh adalah sesuatu yang terkait dengan penjaminan mutu, ISO, kerjasama degan luar negeri dan sistem teknologi yang sudah berjalan di UII secara umum.

Karena menariknya perbincangan terkait hal tersebut tidak terasa waktu lebih dari 3 jam tidak terasa sudah terlampaui. Disela-sela perbincangan tersebut, Dekan FT UR melontarkan kalimat “seandainya saja bisa menjalin kerjasama dengan FT UII, tentu akan sangat berarti dan memiliki nilai sangat berharga bagi kami”.

Sebelum rombongan meninggalkan UII, mereka berkenan dan sangat ingin mengunjungi berbagai fasilitas yang dimiliki FTI UII terutama Laboratoriumnya. Untuk itu rombongan didampingi pihak yang terkait mendapatkan penjelasan secara detail di laboratorium yang dikunjungi.

 

Pelaku cyberwar umumnya adalah komunitas hacker atau underground yang bergerak secara spontanitas. Dalam sebuah survey pada tahun 2010 menyatakan 60% komunitas hacker menyatakan siap membela negara tanpa pamrih. Melihat dari potensi tersebut maka salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah melakukan pembinaan secara bertahap kepada kelompok-kelompok yang memiliki keamanan system dan jaringan komputer untuk diberdayakan sebagai bagian cyberarmy.

 

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, maka Laboratorium Forensika Digital Teknik Informatika FTI UII berinisiatif untuk terus melakukan pembinaan berkelanjutan kepada kelompok-kelompok mahasiswa yang memiliki minat dan keterampilan pada bidang keamanan, hacking, dan digital forensic melalui pembentukan UII Cyber Guard. Keberadaan unit ini di harapkan menjadi salah satu kontribusi UII dalam memberikan solusi bagi ketersediaan tenaga cyberarmy di Indonesia

 

Posted on November 2nd, 2012 · Category: News

Campus Reporting News, 2 November 2012

Diberitakan UNISI FM

YOGYAKARTA–MICOM: Laboratorium Forensika Digital Teknik Informatika Fakultas Teknik Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta membentuk unit “UII Cyber Guard” sebagai salah satu kontribusi dalam memberikan solusi bagi ketersediaan tenaga “cyberarmy” di Indonesia.

“Melalui unit itu kami akan melakukan pembinaan berkelanjutan kepada kelompok mahasiswa yang memiliki minat dan keterampilan pada bidang keamanan sistem dan jaringan komputer,” kata peneliti pada Laboratorium Forensika Digital Teknik Informatika Fakultas Teknik Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yudi Prayudi di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, keberadaan unit “UII Cyber Guard” juga diharapkan sebagai sebuah bentuk lain penanaman komitmen bela negara bagi generasi muda melalui pembinaan yang terarah agar pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang dimiliki tidak disalahgunakan untuk hal yang sifatnya negatif, tetapi dapat diarahkan untuk kepentingan yang luas bagi bangsa dan negara Indonesia.

“Hal itu penting karena saat ini sejumlah negara sedang berusaha untuk memperbaiki konsep pertahanan dan ketahanan mereka agar sesuai dengan kebutuhan di era komputer. Salah satunya adalah terkait dengan isu pembentukan ‘cyberarmy’,” katanya.

Dalam hal ini, kata dia, “cyberarmy” adalah sekelompok orang yang memiliki kemampuan yang baik dalam bidang keamanan sistem dan jaringan komputer. Kemampuan itu diperlukan untuk kepentingan pertahanan dari serangan “cyber”, “counter attack” jika diperlukan, dan pengamanan barang bukti digital.

Ia mengatakan berdasarkan laporan yang dibuat  UNICRI, sejumlah negara terlihat mulai secara aktif membangun strategi dalam penyiapan “cyberarmy”, seperti China, India, Rusia, Iran, dan Pakistan. Negara-negara tersebut memiliki program nyata untuk rekrutmen dan pembinaaan bagi kelompok “cyberamy” mereka.

“Program pembinaan yang dijalankan meliputi penguatan doktrin ‘cyberwar’, pelatihan, simulasi, kolaborasi antarinstansi, pembentukan unit khusus, dan pembangunan basis data yang relevan,” kata Yudi.

Oleh karena itu, “UII Cyber Guard” akan melakukan pembinaan secara bertahap kepada kelompok mahasiswa yang memiliki kemampuan dalam bidang keamanan sistem dan jaringan komputer untuk diberdayakan sebagai bagian dari “cyberarmy”. Keamanan komputer dan “hacking” adalah bidang yang sangat menarik minat anak-anak muda.

“Hampir setiap perguruan tinggi komputer dan informatika terbentuk komunitas-komunitas mahasiswa yang menekuni bidang itu, baik secara otodidak mandiri maupun secara terstruktur lewat lokakarya dan pelatihan. Keberadaan mereka merupakan salah satu potensi positif bagi penyediaan tenaga terampil bidang keamanan komputer untuk menjadi bagian dari skema sistem pertahanan negara,” katanya. (Ant/OL-2)

 

Diberitakan di Media Indonesia

YOGYAKARTA, (PRLM).- Aktivitas cyberarmy atau pengamanan, pertahanan jaringan komputer dan sistem keamanan cyber untuk kepentingan pertahanan negara ini, dilakukan atas inisiatif pribadi dengan alasan nasionalisme.
Pakar informatika Yudi Prayudi,SSi,M.Kom menyatakan inisiasi dari pihak yang mengoordinasikan kegiatan pertahanan dan keamanan cyber. Berbicara di Yogyakarta, Jumat (2/11/12), dia menyatakan cyberwar merupakan perang melalui dunia maya dan kini menjadi perhatian dunia. Iran, Cina, Rusia, India, dan Pakisan sangat aktif merekrut ahli-ahli informatika untuk kepentingan cyberarmy.

 

“Cina sebagai negara sangat memproteksi aktivitas dunia maya justru memiliki aktivis cyberarmy terbanyak. Mereka terpanggil nasionalismenya atas ancanan cyberwar,” kata dia.
Survey UNICRI 2010 menunjukkan 60 persen komunitas hacker siap membela negara tanpa pamrih, tanpa imbalan. Lalu 26 persen siap membantu keamanan negara dengan imbalan. Sisanya abstain.
Ancaman dari cyberarmy bagi institusi pertahanan dan keamanan Indonesia, sejauh ini belum membahayakan. Serangan cyber yang disasar hampir seluruhnya server/jaringan swasta, belum terdapat kasus serangan serius terhadap cyber keamanan dan pertahanan milik pemerintah.
Data dari jaringan reaksi cybercrime, menurut Peneliti laboratorium forensik teknik informatika UII tersebut, mencapai 5.000 kasus sampai November 2012. Seluruh sasaran kejahatan cyber tersebut terjadi pada server dan jaringan komputer pribadi dan swasta.
Program Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Industri UII, kata Yudi, telah meluncurkan UII Cyber Guard sebagai bentuk partisipasi pertahanan dan keamanan negara melalui cyber. “Kami berharap pemerintah atau pihak terkait berinisiasi mengoordinasikan kegiatan cyberarmy atau pertahanan dan keamanan cyber proyek strategis dan pertahanan negara,” ujar dia. (A-84/A-88)***

 

Diberitakan di Pikiran Rakyat

Jogja (ANTARA Jogja) – Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta meluncurkan program “joint degree” atau gelar bersama dengan Saxion University of Applied Sciences Belanda dan Raja Manggala University of Technologi Thanyaburi Thailand

 

Program itu sudah mendapatkan legalitas dari pemrintah Indonesia melalui surat Direktur Jendral (Dirjen) Pemdidikan Tinggi (Dikti) kememterian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)” Kata Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) Gumbolo Hadi Susanto di Yogyakarta Kamis

 

Diberitakan oleh Kantor Berita Antara Yogyakarta

YOGYAKARTA, (PRLM).- Perguruan Tinggi Negeri/Swasta di seluruh tanah air hendaknya mengantisipasi berlakunya era Komunitas ASEAN (Asean Community) 2015. Era tersebut diperkirakan persaingan perguruan tinggi (PT) dan sumber daya manusia (SDM) di Asean sangat kompetitif.

 

“PT di Indonesia jangan terpinggirkan di negeri sendiri dan menjadi penonton saat Asean menjadi pasar terbuka,” kata Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) Ir. Gumbolo Hadi Susanto, MSc.

 

Menjawab pertanyaan tentang persaingan PT di ASEAN dan era Komunitas ASEAN, Kamis (1/11/12), dia menyatakan Thailand sangat siap dengan ahli-ahli di berbagai bidang menghadapi persaingan antarnegara Asean.

 

Menurut dia antisipasi yang bisa dirintis oleh manajemen PTN/PTS dengan membangun jaringan antar PT di Asean. Kepentingannya, alumni asal Indonesia di berbagai PT Asean menjadi pembuka pintu untuk bersaing dengan SDM. Brevet atau gelar dari berbagai PT di negara Asean akan membantu memasuki bursa kerja pasar bebas Asean. Sementara internal PTN/PTS harus meningkatkan kualitas kegiatan akademik dalam menciptakan SDM yang berkualitas.

 

Menurut dia para pengelola PT di negara-negara Asean memiliki kecenderungan yang sama untuk membangun jaringan akademik di negara tetangga termasuk di Indonesia.

 

Dia mencontohkan Thailand, manajer berbagai PT di sana sangat terbuka dan antusias kerjasama dengan PT di Indonesia. Raja Manggala Univerisy Technology Thailand misalnya, mereka sepakat menyelenggarakan double degre dengan FTI UII untuk departemen/program studi elektonika, teknik elektronika dan telekomunikasi, teknik mesin dan departemen teknik komputer. Kemudian departmen teknik kimia dan departemen tekstil.

 

“Pemerintah dan penyelenggara PT Thailand sangat kompak untuk mengembangkan jaringan PT di Asean,” kata dia.

 

Pembentukan jaringan PT juga bisa dijalin dengan PT di Eropa. Saxion University, Belanda, sebagai contoh, sangat terbuka untuk bekerjasama. Bahkan, manajemen PT tersebut sepakat juga menyelenggarakan doube degre dengan FTI UII di departemen teknik tekstil (UII) dan teknologi kreatif (Saxion University).

 

Program double degree, lanjut Gumbolo, selain diperlukan untuk persaingan SDM Asean, ini juga memenuhi syarat beasiswa unggulan sarjana strata satu (S1) yang dipersyaratkan Badan Kerjasama Luar Negeri Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

 

Dia menyebut sebanyak 77 mahasiswa penerima beasiswa unggulan, semua lulusan pesantren dan dari keluarga tidak mampu secara ekonomi, dua orang akan berangkat ke Saxsion universiy, dua orang ke Raja Manggala University. mereka telah belajar tiga tahun di UII, satu tahun lagi belajar di luar negeri untuk mendapatkan gelar kesarjanaan doubel (double degree). (A-84/A-88)***

 

Diberitakan di Pikiran Rakyat OnLine

SLEMAN (KRjogja.com) – Fakultas Teknologi  Industri (FTI)  sudah ‘joint degree’ semua program studi (prodi) dengan beasiswa Rp 1,3 miliar. Lewat program tersebut, mahasiswa akan memperoleh 2 ijazah yang diterbitkan mitra yakni FTI UII dan perguruan tinggi mitra yakni Sazion University (Belanda) dan Raja Manggala University of Technology Thailand.

 

Dekan FTI UII Ir Gumbolo Hadi Susanti MSc mengemukakan hal tersebut kepada wartawan, Kamis (1/11). “Dengan Raja Manggala ini kami sudah semua prodi. Sementara dengan Saxion masih untuk prodi teknik tekstil,” ujarnya.

 

Dijelaskan, 2 ijazah dari perguruan tinggi mitra di mancanegara ini akan diakui asal sudah disahkan Ditjen Dikti Kemendikbud. Sekarang ini, FTI sudah mendapatkan pengakuan sebagai penyelenggara program kerjasama melalui penerbitan surat Dikti Kementrian Dikbud.

 

“Karena SK legalitas dari Dikti itulah, FTI mendapatkan beasiswa Biro Perencana Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Rp 1,2 miliar,” tambahnya.

 

Gumbolo mengemukakan, ‘joint degree’ di kedua perguruan tinggi ini dilaksanakan dengan skema yang sama, 3 + 1. Artinya, mahasiswa 3 tahun belajar di FTI UII dan setahun di Saxion atau Taja Manggala.

 

“Yang di Saxion, pendidikan selama 1 tahun dibagi menjadi 2. Yang 1 semester untuk di kelas dan 1 semester di industri,” katanya.

 

Untuk semester ini, FTI UII akan mengirimkan 2 mahasiswa ke Belanda dan 2 ke Thailand. Meski demikian Gumbolo berharap agar yang dari Thailand atau Belanda lebih banyak yang datang ke FTI UII. (M-4)

 

Diberikan di KR.Online

Fakultas Teknologi Industri  (FTI) UII melaunching program joint degree (gelar bersama) dengan Saxion University of Applied Sciences, Belanda dan Rajamanggala University of Technologi Thanyaburi (RMUTT), Thailand. Program ini sudah mendapatkan legalitas dari pemerintah Indonesia melalui surat Dirjen DIKTI.

“skemanya nanti mahasiswa kuliah 3 tahun di sini dan 1 tahun di sana, mereka mendapatkan 2 ijazah yang  syah dan dapat digunakan karena sudah dapat izin Dirjen DIKTI” kata Dekan FTI, Ir. Gumbolo Hadi Susanto, M.Sc di hadapan wartawan Kamis, (1/11) di kampus terpadu UII.

 

Ir. Gumbolo mengatakan 2 mahasiswanya sudah siap berangkat ke Belanda. Rencananya selama setahun di sana 1 semester pertama digunakan untuk belajar di universitas, dan semester berikutnya dihabiskan di industri teknik tekstil.

 

“mereka kami usahakan dapat beasiswa. Karena sudah dapat SK legalitas dari Dirjen DIKTI, mereka bisa mendapatkan beasiswa dari Biro Perencanaan Kerjasama Luar Neger (BPKLN). Sekarang kan syarat untuk dapat beasiswa unggulan adalah dapat SK Dirjen DIKTI untuk joint degree atau double degree s1, kita sudah dapt itu” ungkpanya.

 

Sementara itu untuk kerjasama dengan RMUTT Thailand, semua Prodi yang ada di FTI sudah melakukan joint degree. Bahkan untuk Prodi Teknik Kima terhitung sudah melakukannya dengan 3 universitas, meliputi The Hague University (THU) Belanda, Saxion dan RMUTT. Saat ini, menurut Ir. Gumbolo, ada 2 orang mahasiswanya yang akan berangkat ke RMUTT pada semester ini. Semuanya diusahakan mendapatkan beasiswa BPKLN.

 

“bahkan kalau yang ke Thailand lebih enak, mereka gratis SPP, karena SPP diurus di universitas masing-masing tinggal bayar tempat tinggal. Begitu juga kalau mereka mengirim mahasiswanya ke sini. Tahun depan rencananya ada mahasiswa mereka yang kuliah di sini” tambahnya.

 

Diberitakan di uii.ac.id 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN – Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) lakukan program joint degree atau double degree yang tersedia untuk semua program studi di FTI. Adapun kerjasama joint degree tersebut, terselenggara bersama Saxion University of Applied Sciences, Belanda dan Rajamangala University of Technology Thailand.

 

“Setelah uji kelayakan, kami mendapat pengakuan sebagai penyelenggara program kerjasama melalui SK dari Dirjen Dikti,” jelas Dekan FTI UII, Gumbolo Hadi Susanto, Kamis (01/11/2012).

 

Program double degree memungkinkan para lulusannya nanti memeroleh dua ijazah langsung dari dua universitas. Dengan rincian masa studi selama tiga tahun ditambah dengan studi satu tahun di universitas yang menjadi tujuan double degree.

 

Melalui upaya tersebut, Gumbolo yakin akan semakin banyak ahli–ahli di bidang teknologi industri yang mumpuni serta bisa bersaing dengan para lulusan lainnya baik itu lulusan universitas dalam negeri maupun luar negeri. (*)

 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Mona Kriesdinar

Diberitakan di Tribun Jogja