TRIBUNNEWS.COM,SLEMAN – Berawal dari keprihatinan sulitnya menemukan bak sampah, Dantik Puspita Sari mahasiswi jurusan Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta angkatan 2012, bersama dua kawannya Alan Dwi Prasetyo dari jurusan yang sama dan Malichah Muchtarimah dari teknik kimia ciptakan aplikasi Celengan Limbah (Celi) untuk pengguna smartphone.

 

Dari aplikasinya tersebut, mereka telah menyabet pengghargaan juara pertama pada ajang tahunan Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina 2014 untuk kategori proyek sains aplikasi perangkat lunak.

 

Dentik yang berasal dari Balikpapan menceritakan awal mula dia menciptakan aplikasi tersebut lantaran ketika hidup di Yogyakarta, dia merasa kesulitan ketika membuang sampah.

 

“Saya sulit mendapat bak sampah, bingung harus dibuang kemana, ketika di kos pun saya taunya sampah tersebut dibuang oleh pemilik kos, setelah saya telusuri ternyata sampah tersebut dibuang ke sungai,” ungkapnya.

 

Dari rasa keprihatinan tersebut, lantas dia menggandeng dua temannnya untuk dan bekerjasama dengan bank sampah Mekarasri di wilayah Brontokusuman, Yogyakarta dan menciptakan aplikas Celi (Celengan Limbah).

 

Dijelaskannya, Celi (Celengan Limbah) merupakan alat untuk mengirimkan pesan kepada server untuk memberitahukan bahwa si pengirim hendak mendistribusikan sampah yang ia miliki.

 

Sampah-sampah tersebut sendiri sebelumnya harus sudah dipilah dan dibedakan menurut jenisnya, yaitu sampah organik, ataupun sampah non-organik.

 

“Sehingga pihak pengelola bank sampah akan mendatangi rumah si pemilik limbah, dan dari setiap pengiriman limbah, nantinya akan mendapatkan poin yang tertera di dalam account pemilik limbah,” ungkapnya.

 

Diberitakan di Tribun Jogja

 

Jerri Irgo

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA–Aplikasi Celengan Limbah (Celi) karya mahasiswa Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta raih juara pertama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina 2014 dalam kategori Proyek Sains Aplikasi Perangkat Lunak.

 

“Aplikasi ini dapat dikembangkan lebih besar khususnya bagi bank sampah yang tersebar di berbagai kota. Sebab sampah semakin banyak dihasilkan masyarakat, sehingga perlu pengelolaan yang lebih baik agar tidak menjadi bencana,” kata Rektor UII Yogyakarta Harsoyo, Sabtu (29/11).

 

Rektor sangat mengapresiasi prestasi yang diraih mahasiswa UII dan akan memberikan penghargaan bagi mahasiswa yang telah meraih juara di OSN Pertamina 2014. Ia juga berharap prestasi ini dapat mendorong mahasiswa UII lain untuk menjadi juara pada bidang ilmu yang digelutinya.

 

Aplikasi Celi ini menggunakan smartphone yang telah banyak dimiliki anggota rumah tangga. Penerapannya telah dilakukan di Bank Sampah Mekar Sari Karanganyar, Jawa Tengah. Langkah pertama, mahasiswa ini memberikan penyuluhan kepada bank sampah dan masyarakat tentang aplikasi ini.

 

Bank Sampah yang menjadi host akan menerima banyak pesan dari warga yang telah memiliki sampah dan meminta segera diambil. Setelah menerima pesan, petugas pengambil sampah dari bank sampah akan mendatangi dan mengambil sampah dari warga yang telah mengirim informasi.

 

“Setelah sampah diambil, pemiliki akun limbah akan mendapat poin dari sampah yang dihasilkan. Pemilik poin dapat menukarkan barang-barang yang tersedia di bank sampah seperti sembako, hasil kerajinan, dan lain-lain,” kata salah satu tim perancang aplikasi, Dantik Puspita Sari yang didampingi teman satu timnya, Alan Dwi Prasetyo dan Malichah Muhtaromah.

 

Aplikasi ini, kata Dantik, dapat memudahkan masyarakat membuang sampah. Apalagi mereka yang sibuk sehingga tidak perlu membutuhkan waktu untuk membuang sampah.

 

diberitakan di Republika OnLine

 

Jerri Irgo

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — President Direktur PT ILTHABI Rekatama (IR), Ilham Akbar Habibie mengatakan pemerintah harus meningkatkan anggaran untuk riset dan penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Sebab dengan Iptek bangsa Indonesia bisa meningkatkan produtivitas industri.

 

Ilham mengemukakan hal itu pada Seminar Nasional Teknoin 2014 dengan tema Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Berbasis Riset di Fakultas Teknologi Informatika (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Sabtu (22/11).

 

Peningkatan anggaran riset Iptek ini, jelas Ilham Habibie, dimaksudkan untuk mengubah perekonomian Indonesia dari komparatif kepada perekonomian kompetitif.

 

“Ekonomi komparatif adalah ekonomi yang hanya mengandalkan hasil bumi dan ini tidak berkelanjutan. Sedang ekonomi kompetitif harus didukung riset dan teknologi, serta pengetahuan inovatif,” kata Ilham yang juga putra mantan Presiden BJ Habibie.

 

Selama ini anggaran untuk riset di Indonesia masih berada di bawah angka satu persen dari Gross Domestik Product (GDP). Padahal idealnya anggaran riset sebesar satu persen dari GDP.

 

Lebih lanjut Ilham Habibie mengatakan merupakan hal yang urgen untuk meningkatkan kemampuan industri dalam negeri Indonesia.

 

Sebab Indonesia memiliki penduduk yang besar keempat di dunia merupakan aset, dan jangan sampai potensi ini jutru dinikmati negara lain.

 

“Sebagai contoh, produsen minyak terbesar dunia dalam satu tahun terakhir diduduki Amerika Serikat, menggeser Arab Saudi. Amerika menggunakan teknologi baru dalam pencarian minyak,” katanya.

 

Selain teknologi, untuk membangun industri besar, perlu ada kerjasama Akademisi, Bisnis, Community dan Governance (ABCG) untuk membentuk Cluster.

 

Apalagi satu bulan ke depan Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sehingga jalinan empat komponen bangsa (ABCG) harus dipererat.

 

Diberitakan di Republika OnLIne

 

Jerri Irgo

SLEMAN – Untuk Ciptakan Negara Maju yang Sejahtera. Kemiskinan menjadi faktor yang harus dituntas-kan oleh pemerintah demi men-ciptakan negara maju yang se-jahtera. Pernyataan ini dilontar-kan Ilham Akbar Habibie, pu-tera mantan Presiden BJ Habibie, dalam Seminar Nasional Teknoin 2014 di Fakutas Teknologi Indu-stri, Universitas Islam Indonesia (UII), kemarin (22/11). Selain meminimalisasi kemisk-inan, ada tiga hal penting lain yang harus jadi perhatian ne-gara. Yakni investasi human capital, investasi ilmu dan tek-nologi, serta pembinaan dan pengembangan inovasi dan en-trepreneurship sumber daya manusia.

 

Empat hal itu harus dijalankan. Namun, sebelumnya harus dila-kukan penggeseran pola pikir ekonomi yang selama ini meni-tikberatkan pada aset, diubah menjadi ilmu pengetahuan. “Itu saya ambil dari pernyataan pre-siden Chili pada acara APEC,” ujar peraih doktor-ingenieur di Technical University of Munich, Jerman, ini.

 

Dari pernyataan tersebut, Ilham lantas mengurai kenapa salah satu faktor penting berupa human capital, bukan human resource. Maksudnya, negara harus bisa menciptakan kesinambungan antara tempat belajar dengan lapangan kerja yang memadai, sehingga sumber daya manusia (SDM)  yang memiliki kompe-tensi sesuai bidang ilmu masing-masing bisa berkontribusi bagi negara. “Tidak bisa suatu negara hanya menciptakan SDM ber-kualitas tinggi, tapi tak diimbangi lapangan kerja,” ujarnya.

 

Sementara tentang ilmu dan teknologi (iptek), disebut in-vestasi. Sebab, iptek mahal har-ganya. Tanpa mengubah pola pikir bahwa iptek adalah in-vestasi, maka suau negara akan sulit maju. “Jadi jangan dilihat dari biayanya,” sambung Ilham yang kini menjabat CEO atau chairman di beberapa perusa-haan terkemuka.

 

Sementara soal kemiskinan adalah satu hal yang tak bisa di-pungkiri setiap negara. “Jerman dan Amerika Serikat juga punya warga miskin,” tutur Ilham. Per-masalahannya adalah apa yang harus dilakukan pemerintah un-tuk meminimalisasi kemiskinan.”Menurut Ilham, negara harus bisa menekan kesenjangan an-tara si miskin dan si kaya. Sema-kin maju suatu negara, tingkat kemiskinan harus makin kecil. Jika kesenjangan semakin lebar, justru bisa membahayakan ne-gara. (yog/laz/ong)

 

Diberitakan di Radar Jogja

 

Jerri Irgo

Metrotvnews.com, Yogyakarta: Putra Presiden Ketiga RI BJ Habibie, Ilham Akbar Habibie, mengimbau masyarakat Indonesia mengembangkan produk berbasis keunggulan kompetitif, bukan hanya keunggulan komparatif. Menurut dia, produk berbasis keunggulan kompetitif merupakan produk masyarakat negara maju.

 

“Contohnya Amerika Serikat. Melalui keunggulan teknologinya, yang merupakan keunggulan kompetitif, kini menjadi penghasil minyak bumi terbesar di dunia. Bukan lagi Arab Saudi,” kata dia Ilham pada Seminar Nasional Teknoin di Kampus Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, Sabtu (22/11/2014).

 

Ia mengemukakan, teknologi sering dianggap masyarakat dan pemerintah Indonesia sebagai beban. Padahal, kata dia, pemanfaatan dan penggunaan teknologi tinggi harusnya dianggap sebagai investasi. “Investasi iptek bukan beban berbiaya mahal,” ujar lulusan Technical University of Munich, Jerman, itu.

 

Pada kesempatan itu, Ilham juga mengajak kalangan akademisi dan pengembang industri lainnya tidak lagi memandang sumber daya manusia sebagai human resources, tetapi sebagai human capital. “Beda antara human resources dengan human capital,” ucap dia.

 

Menurut anak pertama BJ Habibie dan Ainun itu, jika sumber daya manusia dipandang sebagai human capital, akademisi dan pengusaha wajib menjaga dan mengembangkannya agar tidak terdepresiasi. Ilham menyebutkan, manusia dengan pendidikan tinggi yang tidak mampu berkarya dan berprestasi pada bidangnya termasuk kategori terdepresiasi.

 

Untuk bisa memiliki keunggulan di masa depan, masyarakat harus mengembangkan inovasi sehingga memunculkan diferensiasi produk. Yang tidak kalah penting, kata dia, menumbuhkan efisiensi dan sikap toleran. Tanpa sikap toleran di antara masyarakat, pengembangan akan sulit dilakukan.

 

Dia juga meminta peneliti Indonesia banyak membuat jurnal ilmiah internasional agar gagasannya bisa dibaca sehingga diakui masyarakat dunia. Ilham memandang selama ini Indonesia kurang diakui lantaran kurang publikasi jurnal ilmiah. “Karena tidak banyak yang tahu, publikasi di jurnal internasional sangat sedikit. Dengan Malaysia pun kalah,” kata Presiden Direktur PT Ilthabi Bara Utama itu.

 

Diberitakan di MetroTV

 

Jerri Irgo

YOGYAKARTA,(PRLM).-Produk pesawat dalam negeri, the Regioprope atau R-80, yang diandalkan untuk penerbangan antarkota dan pulau, pemasarannya cukup dari dalam negeri sudah bisa menutup biaya produksi atau break event point (BEP).

 

Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Akbar Habibie, selaku produsen pesawat R-80, menyatakan pesawat yang dirancang mantan Presiden BJ Habibie dan dirinya didedikasikan untuk penerbangan jarak pendek.

 

Karakter pesawat ini dapat dikendalikan secara elektronik (fly by wire), perbandingan antara angin yang dingin dihasilkan dari udara di body pesawat dengan angin yang dikeluarkan pada engine di belakang pesawat lebih tinggi (by pass ratio).

 

Dibandingkan Airbus dan Boeing, bypass ratio 12, sementara R-80 bypass ratio mencapai 40, makanya semakin tinggi terbang semakin cepat dan makin efisien bahan bakar. Adapun kapasitas penumpang sekitar 80 orang.

 

Karakter pesawat baling-baling tersebut, menurut Ilham, sangat cocok dengan kawasan maritime atau kepulauan di Indonesia dan cocok juga untuk penerbangan jarak pendek seperti penerbangan Yogyakarta-Semarang, Surabaya-Banyuwangi. Kemudian, pesawat demikian hanya memerluklan landasan pendek.

 

Menurut dia respon para pengusaha industri penerbangan dalam negeri sangat respek dengan produk R-80. Mereka sangat paham dengan kebutuhan pesawat untuk penerbangan jarak pendek dan biaya operasional yang murah, serta bahan bakar efisien, sesuai dengan karakter tarif rendah penumpang jarak dekat,

 

“Dengan demikian, Saya bisa menjamin untuk mendapat BEP pesawat R-80, cukup dengan menjual pesawat di dalam negeri,” kata dia, Minggu (23/11/2014).

 

Dia berada di Yogyakart menjadi pembicara kunci dalam seminar Teknoin 2014 di Fakultas Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII).

 

Putra mantan presiden BJ Habibie tersebut menyampaikan sejumlah perusahaan penerbangan telah menekan kesepakatan atau letter of inten (LOI) untuk pemesanan R-80, antara lain NAM Air (anak perusahaan penerbangan Sriwijaya Air), Trigana Air, Kalstar,dan sejumlah perusahaan penerbangan lainnya. “Mereka telah memesan 160 pesawat,” kata dia.

 

R-80 diproduksi di PT Dirgantara Indonesia Bandung, diperkirakan terbang perdana 2018 dan proses sertifikasi kelaikan udara 2019. Adapun perawatan, menurut Ilham, ditempatkan di Batam. (A-84/A-89)***

 

Diberitakan di Pikiran Rakyat

 

Jerri Irgo

YOGYAKARTA, (PRLM).- Dr Ing Ilham Akbar Habibie merasakan situasi tidak sehat dalam hal relasi antara universitas atau perguruan tinggi dan industri. Kedua pihak digambarkan saling tidak percaya sehingga kerjasama riset antarkedua pihak tidak berjalan baik.

 

Dalam tradisi pendidikan Jerman dan negara-negara maju, riset apapun selalu menggunakan model kerjasama antara universitas dan industri.

 

“Universitas yang menjalankan riset dari awal, termasuk penelitian dasar, kemudian industri yang menerapkan atau mengaplikasikan hasil penelitian universitas,” kata dia, Sabtu (22/11/2014).

 

Saat menyampaikan pidato kunci (keynote speech) Seminar Teknoindustri 2014 di Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (UII), Ilham menyatakan dua pihak, universitas dan industri, yang seharusnya kerjasama justru saling curiga dalam mengembangkan riset.

 

“Industri teknologi misalnya, teknologi dasarnya sudah dikembangkan di perusahaan Indonesia, para pemilik perusahaan merasa takut kontennya dibocorkan oleh universitas. Sebaliknya universitas takut tidak mendapatkan hak royalti atau tidak dibayar (wanprestasi) oleh pihak industri apabila menawarkan proyek penelitian atau kerjasama penelitian. Budaya kerjasama (universitas dan industri) belum ada,” tuturnya.

 

Negara-negara maju yang bermaksud mengembangkan riset teknologi dan lainnya, justru membentuk kluster, yang melibatkan universitas, industri, dan pemerintah. Universitas menentukan objek riset dari pendefinisian objek riset, pemilihan riset, dan mengeloka riset, sementara industri menerapkan hasil riset.

 

Menurut dia riset yang baik tidak sebatas pada inovasi atau penemuan baru, juga mengalami invensi atau pemanfaatan. Karena itu, Ilham mengakui telah menerapkan model riset yang sinerjis atau kolaboratif dalam model kluster untuk penggunaan teknologi nano melalui riset dan pengembangan teknologi agronano, melibatkan para ahli nano dalam negeri dari universitas, institusi pemerintah, dan industri.

 

Tiga industri yang terlibat mengusulkan pengembangan teknologi nano dolomit atau pemupukan, pengemasan, dan pembenihan.

 

Problem lain dari tradisi riset, menurut dia, anggaran penelitian di Indonesia terlalu mengandalkan dari pemerintah, sementara alokasi dana dari pemerintah sangat kecil, 0,07 persen per tahun dari total APBN. Apabila budaya riset terbangun dalam kerjasama universitas dan industri, biaya riset bisa diperoleh dari industri.

 

Kemudian orientasi riset para pakar di Indonesia, menurut Ilham, lebih berorientasi pemenuhan kebutuhan atau syarat peningkatan karir. Obyek penelitian bukan apa yang dibutuhkan industri, semata-mata lebih pada karir akademik. “Riset yang baik adalah hasilnya inovatif dan disertai invensi atau pemanfaatan oleh industri,” ujar dia. (A-84/A-88)***

 

Diberitakan di Pikiran Rakyat

 

Jerri Irgo

eko_sukanto_fti_uii_teknoin_asmantoAcara puncak pelaksanaan Teknoin 2014 yang digelar Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) pada hari Sabtu (22/11/2014), dengan mengangkat tema ‘Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Berkelanjutan Berbasis Riset’. bertempat di Gedung KH Mas Mansur FTI UII Sleman Yogyakarta sukses digelar. “Acara hari ini merupakan rangkaian acara yang sudah dimulai kira-kira dua bulan lalu”, ungkap Ketua Panitia Teknoin 2014 FTI UII, Asmanto Subagyo, M.Sc.

 

Asmanto Subagyo, seraya mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta seminar hadir dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia ini, juga menyampaikan ucapan syukur. “Saat ini negara kita Indonesia, patut bersyukur karena tingkat riset di Indonesia selalu meningkat dari tahun ketahun, yang tentunya harus kita pertahankan, dan yang lebih penting lagi tidak cukup berhenti di riset saja”, ungkapnya.

 

Selanjutnya Asmanto juga melaporkan bahwa pada seminar Teknoin kali ini panitia menerima 108 paper, dan selanjutnya setelah dilakukan review, ditetapkan 99 paper yang lolos mengikuti seminar. “Hal ini cukup bagus dan signifikan. Untuk selanjutnya mohon pencerahan dari bapak ilham, semoga hal ini tidak berhenti di tingkat riset saja, agar bisa lebih bermanfaat untuk umat”, tambahnya.

 

Dalam penutup sambutannya, Ketua pantia Teknoin 2014 menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga disampaikan kepada seluruh jajaran pimpinan Universitas, Fakultas yang terdiri dari Dekanat, Pascasarjana, Para Pimpinan Prodi juga seluruh panitia yang terlibat dalam kegiatan seminar Teknoin 2014 ini.  Lebih khusus lagi ucapan terimakasih permohonan maaf disampaikan juga kepada narasumber, bank muamalat sebagai sponsor dan para pemakalah. Semoga berbagai keunggulan produk yang ada saat ini tidak lepas dari riset.

eko_sukanto_fti_uii_teknoin_imamFakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) kembali menggelar Seminar Nasional Teknoin pada hari Sabtu (22/11/2014), dengan mengangkat tema ‘Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Berkelanjutan Berbasis Riset’. bertempat di Gedung KH Mas Mansur FTI UII komplek kampus terpadu UII Jl. Kaliurang KM 14,5 Sleman Yogyakarta.

 

Dalam sambutannya pembukaan, Dekan FTI UII, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc menyampaikan bahwa sejak pertama kali diselenggarakan tahun 2004 acara yang menjadi agenda tahunan ini tidak pernah lowong, jadi hingga kini sudah yang ke 14 kali. “Alhamdulillah, saya bangga ketika panitia menetapkan topik daya saing di bidang industri ini”, ungkapnya.

 

Ditambahkannya, ketika beberapa tahun lalu Indonesia dipusingkan dengan afta dan seterusnya hingga isu globalisasi yang kini merambah Indonesia, dan dilanjutkan dengan berbagai persaingan bebas yang dimulai tahun 2015 nanti, maka riset sangatlah diperlukan dalam hal ini. “Untuk bisa bersaing di tingkat dunia, maka tidak bisa kalau hanya mengandalkan persaingan yg biasa biasa saja namun harus komputitif dalam berbagai bidang yang meliputi efisiensi, kualitas produk dan lainnya Hal sederhanya yang tidak boleh ditinggalkan adalah focus dalam bidang yang digeluti”, tambah Dekan.

 

Dalam penutup sambutannya, Dekan FTI UII menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga disampaikan kepada seluruh jajaran pimpinan Universitas, Fakultas yang terdiri dari Dekanat, Pascasarjana, Para Pimpinan Prodi juga seluruh panitia yang terlibat dalam kegiatan seminar Teknoin 2014 ini. “Selanjutnya seraya mengucapkan ‘Bismillahirrahmanirrahiim’ seminar nasional Teknoin tahun 2014 secara resmi dibuka”, pungkanya.

“Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) Yogyakarta bekerjasama dengan Jurnal Teknologi Industri (TEKNOIN) kembali menyelenggarakan seminar tahunan sejak tahun 2002 yaitu Seminar Nasional Teknologi Informasi (Teknoin) 2014 dengan tema Peningkatan Daya Saing, Industri Nasional Berkelanjutan Berbasis Riset”.

 

Hal tersebut disampaikan Ir Agus Taufiq, M.Sc, selaku Sekretaris Pelaksana Seminar Nasional Teknoin 2014 saat ditemui di ruang kerjanya di Gedung  KH Mas Mansur, Kampus Terpadu UII Yogyakarta (21/11/2014)
 

Ir Agus Taufiq, M.Sc juga penyampaikan  “Seminar Nasional Teknoin ini juga merupakan forum diseminasi berbagai disiplin ilmu diantaranya bidang ilmu Teknik Kimia, Teknik Industri, Teknik Informatika, Teknik Elektro dan Teknik Mesin. Pada tahun 2014 ini akan diselenggarakan di Auditorium  FTI UII,  Sabtu, 22/11/2014 dengan menghadirkan Dr Ing H Ilham Akbar Habibie, MBA Ketua Umum Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) sebagai keynote speaker”
 

“FTI UII dalam rangka berpartisipasi menyumbangkan saran bagi pemecahan masalah-masalah aktual mengambil peran penting sebagai Perguruan Tinggi yang ikut serta dalam upaya peningkatan daya saing industri berkelanjutan dengan melakukan pengembangan inovasi maaupun juga mencetak para entrepreneur  muda yang tangguh. Harapannya adalah FTI UII berkontribusi mempersiapkan persaingan industri di Indonesia yang mampu dalam persaingan global, diantaranya Asean Trade Liberalize, 2015” ujar Dosen Program Studi Teknik Kimia FTI UII.
 

“Seminar Nasional Teknoin 2014 ini dirancang untuk memberikan wawasan mengetahui pentingnya daya tahan industri nasional berkelanjutan dan hasilnya diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan secara implementasi di indutsri maupun dikembangkan dalam riset di perguruan tinggi. Manfaat utama adalah memungkinkan terjalinnya kerjasama, transfer pengalaman dan pengetahuan di kalangan manufaktur dan sektor jasa, baik pemerintah maupun kalangan swasta” pungkasnya

 

Esti / Jerri.