Ilham Habibie, BEP Produk Pesawat R-80 Cukup dari Pasar Lokal
YOGYAKARTA,(PRLM).-Produk pesawat dalam negeri, the Regioprope atau R-80, yang diandalkan untuk penerbangan antarkota dan pulau, pemasarannya cukup dari dalam negeri sudah bisa menutup biaya produksi atau break event point (BEP).
Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Akbar Habibie, selaku produsen pesawat R-80, menyatakan pesawat yang dirancang mantan Presiden BJ Habibie dan dirinya didedikasikan untuk penerbangan jarak pendek.
Karakter pesawat ini dapat dikendalikan secara elektronik (fly by wire), perbandingan antara angin yang dingin dihasilkan dari udara di body pesawat dengan angin yang dikeluarkan pada engine di belakang pesawat lebih tinggi (by pass ratio).
Dibandingkan Airbus dan Boeing, bypass ratio 12, sementara R-80 bypass ratio mencapai 40, makanya semakin tinggi terbang semakin cepat dan makin efisien bahan bakar. Adapun kapasitas penumpang sekitar 80 orang.
Karakter pesawat baling-baling tersebut, menurut Ilham, sangat cocok dengan kawasan maritime atau kepulauan di Indonesia dan cocok juga untuk penerbangan jarak pendek seperti penerbangan Yogyakarta-Semarang, Surabaya-Banyuwangi. Kemudian, pesawat demikian hanya memerluklan landasan pendek.
Menurut dia respon para pengusaha industri penerbangan dalam negeri sangat respek dengan produk R-80. Mereka sangat paham dengan kebutuhan pesawat untuk penerbangan jarak pendek dan biaya operasional yang murah, serta bahan bakar efisien, sesuai dengan karakter tarif rendah penumpang jarak dekat,
“Dengan demikian, Saya bisa menjamin untuk mendapat BEP pesawat R-80, cukup dengan menjual pesawat di dalam negeri,” kata dia, Minggu (23/11/2014).
Dia berada di Yogyakart menjadi pembicara kunci dalam seminar Teknoin 2014 di Fakultas Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII).
Putra mantan presiden BJ Habibie tersebut menyampaikan sejumlah perusahaan penerbangan telah menekan kesepakatan atau letter of inten (LOI) untuk pemesanan R-80, antara lain NAM Air (anak perusahaan penerbangan Sriwijaya Air), Trigana Air, Kalstar,dan sejumlah perusahaan penerbangan lainnya. “Mereka telah memesan 160 pesawat,” kata dia.
R-80 diproduksi di PT Dirgantara Indonesia Bandung, diperkirakan terbang perdana 2018 dan proses sertifikasi kelaikan udara 2019. Adapun perawatan, menurut Ilham, ditempatkan di Batam. (A-84/A-89)***
Diberitakan di Pikiran Rakyat
Jerri Irgo
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!