Saptuari: Stop Kiriman Orang Tua dan Putuskan Urat Malu
Solusinya, bagi mahasiswa yang tidak mau ikut dalam persaingan jutaan mahasiswa dalam mendapatkan pekerjaan, harus mengubah mental dari ‘pencari kerja’ menjadi ‘pembuka lapangan kerja’ alias jadi pengusaha. Sejak kapan? Tentu saja sedini mungkin. Bagi yang belum memulai, ya sejak sekarang ini saatnya. Kalimat tersebut disampaikan owner Kedai Digital, Saptuari Sugiharto berkolaborasi dengan dengan owner Waroeng Steak and Shake, Jody Broto Suseno dalam kuliah umum yang digelar di Auditorium UII, Jl. Kaliurang KM 14,5 dalam rangka milad UII ke 70 pada hari Rabu (17/4/2013).
Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII), Ir. Gumbolo Hadi Susanto, M.Sc menaruh harapan besar kepada narasumber untuk dapat memotivasi para mahasiswa yang hadir agar bisa memaksimalkan banyak potensi yang dimiliki untuk kebaikan yang akhirnya nanti bisa menjadi wirausahawan muda yang mandiri dan bersahaja serta murah sedekah.
“Rizki itu dari Allah, ini adalah prinsip aqidah kita sebagai seorang muslim, jangan pernah takut untuk berwirausaha selama itu halal dan memiliki prospek yang bagus. Jangan takut untuk telepon orang tua dan meminta untuk stop kiriman. Mengapa ketika kita berwirausaha harus stop kiriman dari ortu? Karena selama kita masih dikirim orang tua, rizki kita akan diberikan Allah melalui jalur orang tua kita. Maka kita harus stop kiriman dari orang tua, agar rizki kita bisa masuk langsung melalui tangan kita”. Dengan semangat Saptuari yang banyak dipanggil ‘Mas Saptu’ itu memberikan motivasi kepada para mahasiswa. “Anda mungkin butuh tenaga ekstra ketika berwirausaha sambil kuliah, namun percayalah masa-masa ‘santai’ ketika menjadi mahaiswa terlalu berharga jika hanya digunakan untuk bermain-main, bersantai-santai, pacaran, game online, rekreasi dan lanin-lain. Lebih baik tinggalkan kesenangan itu dan 100% semangat tinggi selama masih jadi mahasiswa”, imbuhnya.
Selain itu ada pula tip untuk dapat menjadi wirausahawan sukses, antara lain dengan ‘memutuskan urat malu’. Mas Saptu menceritakan banyak hal dari pengalaman dan testimoni kawan yang menjadi rekanan kerjanya. Kebanyakan dari mereka yang berhasil, kunci utamanya adalah berani memutuskan urat malu, sehingga tidak lagi malu harus berjualan di kampus, atau di tempat mana saja yang penting halal dan penuh barokah.
Di penghujung paparannya, Mas Saptu mengajak kepada yang hadir khususnya para mahasiswa untuk dapat mulai berwirausaha sejak dini, “Jadilah insan mandiri dan raih kesuksesan Anda”, harapnya.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!