Tag Archive for: Rektor UII

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D, melantik Prof., Dr., Ir., Hari Purnomo, M.T., IPU, ASEAN.Eng sebagai Dekan dan Wakil Dekan yaitu Ahmad Munasir Raf’ie Pratama, S.T., M.I.T., Ph.D, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya dan Arif Hidayat, Dr., S.T., M.T. Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Alumni Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII.

Pelantikan bersama dengan tujuh Dekan dan 14 Wakil Dekan UII lainnya, untuk periode 2022-2026. Prosesi pelantikan dilaksanakan di Auditorium KH Abdulkahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII.

Dalam sambutannya, Prof Fathul Wahid, mengingatkan, jabatan merupakan amanah. Karenanya, beliau mengajak Dekan dan Wakil Dekan yang dilantik memandang jabatan dengan perspektif lebih luas.

Sebagai kemuliaan, bukan berkah tapi amanah dan pengabdian ikhlas. “Bukan untuk dilayani tapi memberi,” kata Prof Fathul Wahid, (1 Juli 2022).

Prof Fathul Wahid meminta Dekan dan Wakil Dekan nantinya dalam menjalankan kepemimpinan bisa mengenali UII lebih jauh lagi. Sedapat mungkin setiap pimpinan dapat bersikap bijaksana dan senantiasa mohon pertolongan Allah SWT dalam segala urusan yang diperlukan.

Bersikap tegas saat diperlukan, cerahkan wajah, dan lembutkan sikap, sehingga diharap dapat tercipta pimpinan-pimpinan yang terbaik.

Prof Fathul Wahid berpesan tentang problematika yang sudah menanti dan tidak jarang karena gagal mengenal budaya.

Baik itu di tingkat fakultas maupun di tingkat universitas. Ia melihat, setiap permasalahan yang ada harus disikapi dengan bijaksana. Perbedaan pendapat jadi sesuatu yang lumrah dan perlu diolah untuk menghasilkan ide baru yang relevan.
Kemudian, perhatian kepada mahasiswa merupakan hal-hal yang sangat penting ke depan. Artinya, dekan dan wakil dekan harus siap mendampingi mereka, sehingga jadi aktor luar biasa nantinya. Ia menekankan, tantangan ke depan tidak ringan.

“Kami di Rektorat mengundang para dekan dan wakil dekan untuk berikhtiar lebih jauh, untuk UII yang lebih maju ke depannya,” tutur Prof Fathul Wahid.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII, Drs Suwarsono Muhammad, MA, menyampaikan selamat kepada pimpinan-pimpinan yang terpilih. Ia berpesan, tantangan yang ada sedapat mungkin harus direspons dengan baik.

Perlu lebih akseleratif merespons berbagai tantangan, tidak cuma skala dunia tapi Indonesia. Suwarsono berharap, dalam menjalani amanah sedapat mungkin memberikan hasil yang konkrit. Raih kemenangan kecil tapi riil, yang bisa dilihat siapapun.

“Jadilah kita masing-masing sesuai jati diri, dengan begitu kita bisa berkomunikasi lebih baik karena komunikasi yang baik merupakan kunci keberhasilan,” tandasnya.

Jerri Irgo

Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D

Rektor Universitas Islam Indonesia

– – –

Alhamdulillah, Allah masih mempertemukan kita dengan Ramadan di tahun ini. Tak terasa, tamu agung tersebut telah meninggalkan kita. Ramadan telah menjadi katalis — meminjam konsep dalam reaksi kimia — bagi semua mukmin untuk meningkatkan amal. Salat semakin tepat waktu ditegakkan, salat sunah semakin banyak ditunaikan, Al-Qur’an semakin tertib didaras, doa semakin sering dilantunkan, sedekah semakin rajin dijalankan, dan amarah semakin kuat dikekang. Singkatnya, Ramadan menghadirkan atmosfer yang kondusif untuk berbuat baik.

Katalis untuk istikamah

Dengan katalis Ramadan, proses reaksi dalam praktik keberagaman kita akan semakin cepat terjadi dan membekas. Ketika kebiasaan dalam Ramadan sudah menjadi bagian dalam keseharian kita, maka energi yang diperlukan untuk aktivasi niat baik menjadi amal bajik, tidak lagi tinggi. Yang dihasilkan adalah sikap baik yang istikamah alias konsisten. Inilah yang membimbing kita ke dalam derajat takwa, tujuan ultima dari puasa Ramadan.

Konsistensi dalam beriman dan beramal bajik inilah yang juga menjadi jaminan hidup yang baik (hayyah thoyyibah) (QS 16:97), yang ditandai tiga indikator: sejahtera (lahum ajruhum inda rabbihim), damai (wa laa khaufun alaihim), dan bahagia (wa laa hum yakhzanuun) (QS 2:62; 46:13).

Apakah bersikap konsisten mudah? Tidak. Karenanya dibutuhkan ikhtiar untuk menjaganya. Berbuat bajik mudah, jika hanya dilakukan kadang kala. Bersikap jujur tidak sulit, jika hanya dijalankan sekali-dua kali. Menolong orang pun tidak berat, jika dibutuhkan ketika hati bahagia dan rezeki longgar. Tetapi, selalu berbuat bajik, senantiasi jujur, dan tak lelah menolong orang, membutuhkan keteguhan. Inilah istikamah.

Ikhtiar lain dalam menjaga istikamah adalah dengan tidak lelah mendekatkan diri dengan pengingat. Carilah lingkungan yang menyediakan sistem peringatan dini yang senantiasa hadir dengan nasihat: saling menasihati untuk menetapi kesabaran, untuk tak lelah menyebar kasih sayang, dan untuk menaati kebenaran (QS 90:17; 103:3). Nasihat akan menjadi pengingat ketika kita lupa (QS 7:179).

Pandemi yang menyucikan hati

Suasana Ramadan dan Idulfitri tahun ini pun kita lalui dengan suasana yang tidak biasa. Pandemi Covid-19 telah memaksa kita mengerjakan banyak hal dari rumah: bekerja, belajar, dan beribadah lain. Berada di rumah untuk menjauhi penyakit juga merupakah ibadah, karena ini adalah perintah Rasulullah (Sahih al-Bukhari 5728).

Jika beragam ikhtiar sudah dijalankan, ternyata masih terpapar penyakit dan mati, Rasulullah menyatakanya sebagai kematian yang syahid (Sahih al-Bukhari 5732). Jadi, di dalam rumah, tidak bepergian meninggalkan atau memasuki wilayah pandemi bukan semata imbauan pemerintah. Ini adalah perintah agama. Luruskan niat.

Selama bekerja dari rumah atau menemani anak belajar dari rumah, banyak hikmah yang kita petik. Kita semakin menghargai pekerjaan yang diamanahkan kepada kita. Kita juga semakin mengapresiasi bagaimana para guru sangat membantu dalam mendidik anak-anak kita. Kita semakin menyadari bahwa hidup berdampingan secara rukun dengan orang lain sangat bermakna.

Refleksi yang tulus atas keadaan yang ada, insya Allah akan sampai pada kesimpulan bahwa pandemi ini dapat juga kita jadikan momentum untuk menyucikan diri. Kita memang diminta menjaga jarak, tetapi jangan lupa untuk menjaga solidaritas sosial. Kiat bisa sisihkan sebagian harta untuk yang membutuhkan, energi untuk mengedukasi publik, atau jaringan untuk membantu memasarkan produk sahabat kita. Jangan pernah abaikan amal bajik, sekecil apapun.

Semoga kondisi seperti ini di tengah Ramadan sebagai katalis dalam beribadah akan membawa kita ke tingkatan baru sebagai manusia, yang lebih terasah semua sudut kemanuasiannya (cf. QS 7:179; 25:43-44). Di tengah pandemi, takbir yang kita kumandangkan ketika Idulfitri pun semakin bermakna, karena mengingatkan kita betapa kecilnya manusia di hadapan Sang Pencipta yang Maha Besar.

Semoga Allah masih berkenan mempertemukan kita dengan Ramadan mendatang, sebagai penyuci jiwa jika masih terkotori (HR Muslim, Riyadl Ash-Shalihin 1149). Semoga Allah selalu menjauhkan kita dari anasir jahat yang menggoda tak henti untuk menjaga kesucian hati.

Inilah hakikat idulfitri: kembali suci.

Refleksi Idulfitri 1441 H

Sumber:  Pojok Rektor UII

Kepada Yth. Sivitas (Mahasiswa, Tenaga Kependidikan, Dosen) dan Mitra Universitas Islam Indonesia

Dengan berpegang pada kaidah dar’ul mafaasid muqaddamun ‘ala jalbil mashaalih (menghindari kerusakan lebih utama dibandingkan meraih kebaikan), maka dengan ini, Universitas Islam Indonesia mengambil kebijakan sebagai berikut

Bismillah. Dengan berat hati dan karena berhati-hati, UII memperpanjang masa pembelajaran daring dan kerja dari rumah sampai 24 Juli 2020.

Semoga Allah meridai ikhtiar ini.
Selamat mengisi sisa Ramadan dengan amalan terbaik. Semoga Allah memanjangkan umur kita untuk bersua dengan Ramadan tahun depan.

Selamat Idul Fitri 1441 H. Mari, jaga silaturahmi tetap erat, walau tangan tak bisa berjabat.

Yogyakarta, 22 Ramadan 1441 / 15 Mei 2020
Rektor,
Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.

= = =
Unduh Surat Edaran Rektor Nomor: 1769/Rek/10/SP/V/202

Rektor Universitas Islam Indonesia, mengeluarkan Surat Edaran Rektor Nomor: 1499/Rek/10/SP/IV/2020 tentang Pembelajaran Daring, Libur dan Jam Kerja Selama Ramadan, dan Layanan Konseling

Dengan mempertimbangkan:

    1. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka Penanganan Covid-19;
    2. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19;
    3. Surat Edaran Kementerian Pendidikan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Coronavirus Disease (Covid-2019) pada Satuan Pendidikan;
    4. Surat Keputusan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13A Tahun 2020 tentang Perpanjangan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia;
    5. Perkembangan mutakhir terkait dengan penyebaran Coronavirus Disease (Covid-2019) yang belum menunjukkan tanda mereda,

dan dengan berpegang pada kaidah dar’ul mafaasid muqaddamun ‘ala jalbil mashaalih (menghindari kerusakan lebih utama dibandingkan meraih kebaikan), maka dengan ini, Universitas Islam Indonesia mengambil kebijakan sebagai berikut:

Kerja dari rumah dan kegiatan di kampus

  1. Memperpanjang peniadaan layanan yang memerlukan tatap muka di seluruh unit Universitas Islam Indonesia, dan menggantikan sepenuhnya dengan Kerja dari Rumah (KdR), sampai dengan 1 Juni 2020. Durasi ini akan dievaluasi dengan memperhatikan perkembangan mutakhir.
  2. Memperpanjang peniadaan semua kegiatan akademik dan non-akademik yang memerlukan pertemuan fisik atau mengumpulkan orang banyak di lingkungan kampus Universitas Islam Indonesia, sampai dengan 1 Juni 2020. Durasi ini akan dievaluasi dengan memperhatikan perkembangan mutakhir
  3. Meminta semua mitra Universitas Islam Indonesia yang mempunyai konter layanan di dalam kampus (seperti bank dan kantin) untuk juga memperpanjang peniadaan layanan yang memerlukan kehadiran fisik, sampai dengan 1 Juni 2020. Durasi ini akan dievaluasi dengan memperhatikan perkembangan mutakhir
  4. Menegaskan untuk meminta semua tenaga kependidikan dan dosen menjalankan Kerja dari Rumah (KdR) dari tempat tinggalnya masing-masing (asrama, rumah sewaan, kamar sewaan, pondok pesantren, rumah tinggal) dan tidak melakukan perjalanan pulang kampung atau ke luar kota.
  5. Jika dan hanya jika dalam kondisi yang sangat khusus dan mendesak (seperti pengamanan kampus dan pencetakan ijazah), mengizinkan unit untuk bekerja di kantor dengan sif dan menjalankan protokol yang ketat.
  6. Meminta semua unit untuk lebih hati-hati mengamankan aset yang ada di kampus selama masa Kerja dari Rumah (KdR).

Libur awal Ramadan dan jam kerja

  1. Memutuskan Jumat, 24 April 2020 sebagai hari libur, sehingga seluruh kegiatan akademik dan non-akademik pada waktu tersebut diliburkan, termasuk pembelajaran daring, Kerja dari Rumah (KdR), dan pemberian layanan lain.
  1. Memutuskan jam kerja selama bulan Ramadan adalah Senin s.d. Jumat, jam 08.00 s.d. 15.00 WIB.

Pembelajaran daring dan Ujian Tengah Semester

  1. Menegaskan kembali bahwa masa pembelajaran daring sampai dengan 7 Juni 2020. Durasi ini akan dievaluasi dengan memperhatikan perkembangan mutakhir
  1. Mengizinkan mahasiswa yang belum membayar angsuran ke-4 karena terdampak wabah Covid-19 mengikuti Ujian Tengah Semester.
  1. Meminta kepada semua dosen untuk meningkatkan kepedulian dalam mempertimbangkan masalah yang mungkin muncul karena pembelajaran daring, termasuk distres mahasiswa yang kewalahan dengan tugas dari semua matakuliah yang diambil dan kualitas koneksi Internet di tempat tinggal mahasiswa yang tidak mendukung.
  1. Meminta kepada semua ketua program studi untuk secara periodik mengkoordinasikan evaluasi pelaksanaan pembelajaran daring, termasuk mode pembelajaran (seperti sinkron [satu waktu, beda tempat] dan asinkron [beda waktu, beda tempat] dengan variasi turunannnya), model penugasan, dan pengelolaan beban tugas kepada mahasiswa.

Layanan konseling dan informasi

  1. Menyediakan layanan konseling psikologis dan medis melalui nomor WhatsApp 085287373839.
  1. Menyediakan layanan informasi lainnya melalui Tim UII Siaga Covid-19 yang dapat dihubungi di 082131737773 (telepon, WhatsApp) dan informasi terkait kebijakan Universitas Islam Indonesia yang dapat diakses di https://uii.ac.id/covid-19.

Catatan lain-lain

  1. Kebijakan ini melengkapi surat edaran terkait yang telah dikeluarkan sebelumnya.
  2. Poin-poin pada surat edaran sebelumnya yang bertentangan dengan surat edaran ini dinyatakan tidak berlaku.
  3. Jika terdapat perkembangan lain yang perlu diperhatikan, pengumuman lebih lanjut akan disampaikan.

Sambil mengerjakan semua ikhtiar, mengajak semua sivitas Universitas Islam Indonesia untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan meningkatkan kualitas amalan terbaik, termasuk memperbanyak sedekah.

Semoga Allah meridai semua ikhtiar kita.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

Yogyakarta, 15 Syakban 1441/8 April 2020

Rektor,

Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.

= = =

unduh Surat Edaran Rektor Nomor: 1499/Rek/10/SP/IV/2020

Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) mengatakan Indonesia perlu memperkuat politik gagasan berbasis big data memasuki tahun politik Pemilu Presiden 2019, dimana hanya menghadirkan dua kontestan. Hal tersebut dinilai rawan dengan politik aliran atau identitas, oleh karena itu, kita memerlukan politik gagasan berbasis big data atau data raya. Dengan meluncurkan Drone Emprit Academic (DEA).

Fathul Wahid menegaskan saat ini sudah terlihat adanya polarisasi yang semakin menguat, baik di kalangan masyarakat maupun warganet di media sosial. “Hanya saja, polarisasi itu dibangun di atas semangat politik kelompok atau identitas. Politik yang digunakan untuk kepentingan kelompok atau perjuangan identitas tidak akan menjanjikan perbaikan bagi masa depan Indonesia” tegasnya di Auditorium FTI UII Gedung KH Mas Mansur, Kampus Terpadu UII, Jl Kaliurang Km 14,4 Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

“Kelompok yang menang pilpres akan terus dimusuhi oleh kelompok yang kalah. Padahal, kemenangan pilpres seharusnya menjadi kemenangan bagi Indonesia. Politik gagasan menjadi penting dikedepankan sejak dini” tuturnya

Sementara penggagas DEA Ismail Fahmi, Ph.D menjelaskan, warganet masuk dalam perangkap politik identitas karena tidak menggunakan data dengan baik dan maksimal. Pada media sosial, setiap warganet dapat saja terkait dan tersangkut oleh arus besar opini yang digulirkan.

“Opini tersebut sebenarnya belum tentu dimunculkan berdasarkan data. Dalam konteks ini, penggunaan data untuk membangun gagasan politik yang sehat menjadi jalan keluar,” ujar Dosen Program Studi Teknik Informatika, Program Magister Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII tersebut

Menurut Ismail Fahmi, Ph.D, big data dapat menjadi sumber rujukan, pembanding atau pedoman bagi warganet untuk mengusung politik gagasan.“Suatu gagasan itu harus berbasis data. Menggunakan data dalam beropini atau beradu argumentasi akan mendorong muncul politik gagasan. DEA akan menyediakan data yang dibutuhkan oleh penggunanya untuk mengusung penguatan politik gagasan”

DEA siap memberikan data yang dibutuhkan terutama oleh kalangan akademisi, seperti Dosen, Peneliti, dan Mahasiswa turut mengambil peran dan berkontribusi dalam mengusung politik gagasan,” tutur Ismail Fahmi

Sebagai rangkaian Launching Drone Emprit Academic dilaksanakan Seminar Big Data dan Politik Gagasan yang menghadirkan sebagai narasumber Ismail Fahmi, Ph.D, Dr. Raden Bagus Fajriya Hakim, S.Si., M.Si., Dosen Prodi Statistik MIPA UII, Dr. Iswandi Syahputra dan Dr. Subhan Afifi.

Dalam paparannya Dosen Ilmu Komunikasi UIN Kalijaga Yogyakarta, Dr. Iswandi Syahputra memaparkan bahwa, dibentuknya DEA sekaligus dimaksudkan sebagai literasi politik secara gratis bagi khalayak. “Netizen sejak 2014 telah mengalami kekerasan politik dan terbelah menjadi dua kelompok akibat percakapan di media sosial. Dengan melimpahnya informasi yang tak terkendali ternyata mengancam keutuhan bangsa. Untuk itu kehadiran DEA diharapkan mampu menjadi alternatif jalan keluar. “Kepada netizen pun diharapkan untuk tidak mudah masuk ke dalam arus hoax,” katanya.

Sedangkan Ketua prodi Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta, Subhan Afifi mengatakan, beberapa dosen merasa galau melihat keriuhan di media sosial yang tak tentu arah. Begitu keras polarisasi masyarakat akibat percakapan di media sosial. “Karenanya, kami merasa harus melakukan sesuatu” pungkasnya

Jerri Irgo