Tag Archive for: PMB UII

Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) pada Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun 2020/2021 salah satunya pola seleksinya menerapkan Penelusuran Pemimpin Muda (PPM) yaitu pola seleksi penerimaan calon mahasiswa bagi pendaftar/siswa yang memiliki pengalaman menjadi pengurus organisasi siswa di tingkat SMA/SMK/MA. Organisasi Siswa yang dimaksud di antaranya adalah:

  • OSIS
  • Pramuka
  • Paskibra
  • Ekstrakurikuler (Keilmuan, Olahraga, Seni)
  • Rohis Sekolah

Pola seleksi PPM hanya menerima pendaftar lulusan SMA/SMK/MA/Pondok Pesantren atau yang sederajat Tahun Akademik 2019/2020 dan 2020/2021. Lulusan Pondok Pesantren Tahun Akademik 2019/2020 diperbolehkan mendaftar seleksi PPM apabila telah/sedang mengikuti program pengabdian di Pondok Pesantren.

Pola seleksi PPM dibuka untuk semua Prodi Diploma (D3) dan Sarjana (S1) kecuali Prodi Kedokteran.

Pendaftar dimohon untuk mencermati persyaratan masuk Prodi terkait dengan asal jurusan SMA/SMK/MA dan persyaratan tidak buta warna pada laman pmb.uii.ac.id/persyaratan

Prof Fathul Wahid, ST, M,Sc., Ph.D,  Rektor Universitas Islam Indonesia

= =

 

Ujang, Ketua OSIS SMA Tunas Muda sedang galau. Masa pengabdiannya sudah hampir pungkas. Setahun mengabdi memimpin kawan-kawannya terasa sangat singkat. Waktu luang di sela menunaikan kewajiban sebagai siswa SMA digunakannya untuk mengasah diri: menjadi pemimpin muda.

Ujang mengasah kemampuan komunikasi. Saat ini, dia cukup lihai menjadi pembicara publik. Kemampuan menulisnya pun semakin tajam. Dia terbiasa menghadapi kawan-kawannya yang beragam. Dia lebih terbiasa menjadi pendengar. Dia sadar, sebagai pemimpin tidak cukup dengan kemampuan berbicara, tetapi perlu dilengkapi dengan menjadi pendengar yang baik.

Ketika banyak kawannya kesulitan membagi waktu di antara bejibun tugas sekolah, Ujang seakan santai, karena terbiasa mengelola waktu dengan efektif. Dia sadar, menjadi pemimpin harus berpikir beberapa langkah di di depan. Dia harus lebih sensitif dengan perkembangan yang ada.

Intinya, di penghujung masa pengabdiannya, Ujang merasa menjadi manusia baru. Manusia yang lebih siap bertumbuh dan adaptif di beragam lingkungan.

Tetapi mengapa dari sekian banyak keuntungan menjadi aktivis, Ujang kesulitan mendapatkan kader yang akan menggantikannya? Banyak adik kelasnya yang masih galau dan bertanya: “Ngapain repot-repot menjadi aktivis? Toh tidak ada yang menghargai. Waktu untuk main tersita.”

Ujang teringat dengan Greta Thunberg, aktivis lingkungan muda asal Swedia yang sangat berani itu. Majalah TIME menobatkannya menjadi Person of the Year 2019. Terlintas juga Malala Yousafzai asal Pakistan yang memperjuangkan hak pendidikan kaum hawa. Malala, pada 2013, dinobatkan majalah TIME sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di muka bumi.

Mata Ujang menerawang kosong, sampai dia mendapatkan informasi admisi mahasiswa baru sebuah universitas di lereng Merapi. “Aha, eureka!”, teriak Ujang. “Sekarang saya punya tambahan amunisi mengajak adik kelas untuk menjadi aktivis”, gumamnya.

Pertanyaan: universitas manakah yang menghargai para aktivis SMA tersebut?

Petunjuk: pmb.uii.ac.id/ppm

Catatan: Cerita di atas fiktif belaka. Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan, kecuali  lokasi sebuah universitas di lereng Merapi yang memang disengaja.

Sumber : Facebook Fathul Wahid