Ridwan, SCM 4.0 Era Mesin dengan Mesin Berbicara

Muhammad Ridwan Andi Purnomo, S.T., M.Sc., Ph.D, Dosen Magister Teknik Industri Program Pascasarjana (PPs) Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) Yogyakarta mengatakan Industri 4.0 sangat menekankan kepuasan pelanggan, efisien dan efektif. “Kuncinya ada pada custumer focus, value chain, dan integrasi. Sebagai contoh kasus, seorang mahasiswa menjual dompet berkualitas bagus tanpa kemasan seharga Rp 15.000. tidak laku, namun setelah dibungkus bagus dan dijual mahal dengan harga lebih mahal Rp 75.000. malah laku terjual”

Fenomena tersebut menunjukkan value chain menjadi sangat berperan di industri 4.0. Untuk menciptakan value chain, sudah dilakukan secara otomatisasi melalui mesin. “Di era Industri 4.0 mesin dengan mesin dapat berbicara” ungkapnya saat menjadi salah satu narasumber Seminar Nasional: Kolaborasi Supplay Chain Management 4.0, di Ruang Audiovisual, Gedung KH Mas Mansur Kampus Terpadu UII Yogyakarta (28 Juli 2018).

Seminar yang diselenggarakan Program Pascasarjana (PPs) FTI UII menghadirkan pembicara Dr Zaroni CISCP, CFMP, Chief Financial Officer (CFO) Pos Logistik Indonesia; Muhammad Ridwan Andi Purnomo ST, MSc, PhD, Dosen Magister Teknik Industri PPs FTI UII; dan M Ali Santoso, Kepala Kantor Cabang Bank Jateng di Yogyakarta.

Hal senada disampaikan Dr RM Sisdarmanto Adinandra, ST, M.Sc., Wakil Dekan II FTI UII, saat pembukaan ungkapkan “Revolusi industri keempat atau Industri 4.0 telah menyatukan sistem dunia maya dan fisik. Selain itu, penginderaan yang meresap (reaktif) dan volume besar data yang dirajut sistem analitik canggih telah menghasilkan peningkatan efisiensi yang sangat signifikan”

Lebih lanjut Nandra mengatakan dengan teknologi dan inovasi baru, model bisnis baru muncul. Bahkan beberapa organisasi menghilang, sebagian beradaptasi, dan sebagian lagi menemukan diri mereka sebagai pemimpin dalam inovasi. “Merangkul teknologi dapat diselaraskan sepanjang dua dimensi: peluang efisiensi dan peluang pertumbuhan. Mencapai keduanya adalah tujuan akhir,” ujarnya.

Menurut Nandra, proses transformasi tidak gampang, penuh rintangan. Namun mengelola proses sangat penting untuk memastikan peluang keberhasilan tertinggi. “Merangkul Industri 4.0, rantai pasokan beradaptasi dan juga berubah,” kata Nandra.

Lapisan fisik logistik, ujar Nandra, juga berubah dengan tingkat otomatisasi dan kecerdasan buatan yang semakin meningkat. “Meskipun pelaksanaannya terutama digerakkan oleh biaya, sistem baru sering memberikan banyak manfaat lain seperti peningkatan fleksibilitas dan waktu tunggu yang lebih pendek,” katanya.

Seminar ini diharapkan pertama semakin membuka wawasan mengenai peluang, tantangan dan contoh implementasi sukses yang dilakukan pelaku SCM Indonesia. Kedua, memahami optimalisasi elemen model transformasi organisasi dalam menghadapi era SCM 4.0. Ketiga, menemukan faktor kunci keberhasilan implementasi SCM 4.0, dari berbagai perspektif seperti model dan strategi bisnis, manajemen biaya, dan pengelolaan sumber daya manusia.

Jerri Irgo